if only you are not an indonesian ...

Saturday, November 9, 2013

menuju perjalanan impian : 2nd etape : kawah gunung ijen



 dari Turen, Kabupaten Malang, melintasi Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, kemudian tujuan Bondowoso, dimana mendaki menuju kawah Gunung Ijen bermula. seperti dalam foto diatas, kira kira, jalanan yang dilalui untuk kesana.



pemandangan dari atas jembatan yang terkenal dengan nama Piket Nol. 

 


Piket Nol berada di jalan lintas selatan Jawa Timur antara Malang dan Lumajang, sekitar 30 kilometer sebelah barat Lumajang. Titik peristirahatan ini berada di tengah jalur jalan beraspal mulus berkelok-kelok, membelit perbukitan di kaki gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Jika berangkat dari arah Lumajang, jalan menanjak dimulai selepas Desa Pasirian, sekitar 45 menit dari pusat kota. Sekitar 15 menit menanjak, kita akan bertemu warung Sudi Mampir dengan tempat parkir yang luas.

Alur sungai yang lebar dan dalam ini dilintasi Jembatan Besuk Kobo’an, yang lebih dikenal dengan nama Jembatan Gladak Perak oleh warga sekitar. Ada dua jembatan di sana, satu buatan Belanda yang sudah tidak digunakan lagi dan satu jembatan beton sepanjang 130 meter yang dibangun Pemerintah Indonesia pada tahun 2001.

Menurut mitos yang dipercaya masyarakat setempat, fondasi jembatan lama dibangun dengan tumbal gelang perak milik seorang penari ledek cantik sebagai penolak bala. Dari situlah muncul sebutan Gladak Perak atau Jembatan Perak.

Dari arah Lumajang, di sisi kiri jalan terhampar pemandangan lembah sungai hingga laut selatan. Di sepanjang perjalanan, ada 15 pondok bambu yang menjajakan makanan dan minuman.



Di sebuah puncak bukit, titik tertinggi di jalur jalan ini, terdapat tempat yang dinamakan Piket Nol. Di sana ada sejumlah pondok bambu untuk beristirahat.

Menurut masyarakat sekitar, tempat itu dinamakan Piket Nol karena pada zaman penjajahan Belanda, ada pos pemeriksaan kendaraan pengangkut hasil bumi dan hutan di tempat itu.

Muatan kendaraan diperiksa dan ditarik retribusi. Namun, setiap kali ada pemeriksaan oleh pejabat Pemerintah Belanda, petugas piket jaga di pos itu tidak pernah ada. Maka, muncul sebutan Piket Nol.

Dari hutan wisata di atas bukit ini, tersaji pemandangan bentang alam kawasan pantai di selatan dan puncak Semeru yang gagah di utara.

Setelah cukup beristirahat, perjalanan bisa dilanjutkan menuruni perbukitan. Dibutuhkan waktu tiga jam untuk mencapai Malang dan sekitar dua jam menuju Lumajang.

Sebaiknya berhati-hati melewati jalur ini karena banyak kelokan tajam. Stasiun pengisian bahan bakar hanya bisa ditemukan di Lumajang dan Pronojiwo, sekitar 9,5 kilometer arah barat Piket Nol.


diseberang jembatan, dimana ada spanduk, disitu ada Piket Nol. pemandangan indah sekaligus menyedihkan karena sejarahnya.
setelah perjalanan santai, disambi foto-foto dimana ada obyek menarik, diselingi kebelet pipis, didalam mobil maen tebak tebakan dan ngisi tts, berhenti dulu untuk makan siang di pusat kota Jember. udara panas menyerbu begitu keluar dari mobil. kaki kaki yang pegel mulai nyut nyutan. tetapi masih semangat sekaligus penasaran dengan tujuan berikutnya. menyenangkan sekali bepergian ke beberapa tempat untuk pertama kalinya untuk seluruh anggota grup. 
setelah kenyang, tentu saja sepaket sama ngantuk dan mending tidur sebisanya supaya energi untuk pendakian bisa terkumpul pada waktunya. kalau pose yang ini masih sopan, di barisan paling belakang, sudah lebih g keruan lagi tuh. rambut yang diuwel uwel keatas karena puanas. sweater cemilan dan logistik lain yang untel untelan, disambi nginjek sampah dibawah :D
 sisa perjalanan menuju arabica guest house, tempat selonjor sebelum menaklukkan ijen, adalah hutan pinus, perkebunan kopi dan atau perkebunan cokelat. beberapa dimiliki oleh pemerintah dan beberapa oleh swasta. sungguh aneh kalau segitu banyak perkebunan di negara ini, tetapi masih ada impor cokelat atau kopi, bukan?
halaman belakang guest house yang luas bersambung dengan pabrik pengolahan kopi. masih tercium sayup sayup wangi kopi yang sedang dipanggang. karena sampai disana sudah maghrib. yang dipikirkan adalah segera sholat, mandi, makan, menyiapkan perbekalan, dan segera tidur sepulas pulasnya. saat makan saya berdiskusi dengan tour. apakah akan mendaki besok pagi setelah sarapan atau dini hari. kalau besok paginya, hanya akan melihat kawah dan kepulan asap berbonus bau belerang yang menyengat. ditambah pendakian akan jauh terasa lebih berat akibat panas. kemudian tak putuskan untuk mendaki dini hari. sehingga bisa mengurangi beban penderitaan mendaki sambil kepanasan, bau belerang menyengat, tetapi bertemu dengan fenomena blue fire diatas sana. jadi segera deh, tak teriakin anggota grup untuk menyiapkan berlapis lapis baju, air minum, minum vitamin, cemilan tinggi kalori, dan segera tidur. jangan lupa nyalakan alarm supaya tidak terlambat bangun. jadi deh, setiap anggota grup --- kaya' ada banyak ya --- langsung terbirit birit. padahal yang satu ada yang masih selonjor tidak berdaya. katanya kakinya sakiiiit. rendam air panas dan posisikan lebih tinggi dari pinggul di tempat tidur.
 peta yang nemplok di dinding ruang makan di guest house. tetangga kamar adalah orang asing, wanita, yang sudah berusaha naik ke kawah dua kali. mengingat jarak guest house dengan pos ijen adalah sekian belas kilometer, hebat sekali perjuangannya kesana dengan menumpang ojeg!!!
 dari peta terlihat sebenarnya ada beberapa penginapan lain yang ada disekitar pendakian ke kawah gunung ijen. tour milih arabica karena tempatnya lebih bagus dan tidak terpencil. sepi sih sama sepinya kali ya. meskipun sekarang sedang liburan sekolah.
 jam 1 dini hari semua tak bangunkan termasuk nge ping tournya yang kamarnya sedikit jauh dari kami. sambil siap-siap, nyemilin biskuit dan minum susu. perbekalan lain sudah siap di ransel masing masing. setelah sekitar setengah jam di mobil, sampai di pos terakhir dimana mulai jalan kaki mendaki. begitu keluar dari mobil, brrrr langsung berasa masuk kulkas suhu 15 derajat celcius. sayang g nyatet. pokoke dingin banget. jadi deh, pakai baju dalam , kaos dalam, t shirt, tank top, t shirt lengan panjang, sweater, dan jaket dipakai sekaligus. masih tambah legging dibalik celana panjang. tidak lupa kaos tangan dan kaos kaki. eh, ditambah masker sebab selain berdebu juga mungkin belerang akan berbau menyengat. let's go!
 
foto dulu dong, tim juara kita wkwkwk

 itulah jam tepatnya kami sampai di bibir kawah ijen. disana ada papan pengumuman bahwa turun kebawah dengan jalan terjal itu, terlarang karena jelas berbahaya. apalagi bawa anak anak. jadi cukup menikmati dari kejauhan saja. lagipula, dengkul yang gemeteran ini susah sekali diatur. pengennya ambruk nggelosor aja. diitung itung, tepat 2 jam start dari pos sampai ke bibir kawah. lumayan untuk ukuran amatiran pecinta alam plus ada anggota dibawah umur. sampai setengah pendakian masih semangat jalan sendiri dan maunya didepan sendiri. kemudian ampun menyerah dengan nggelosor. dibelakang ada penambang belerang yang berangkat kerja. akhirnya tak minta untuk menggendong anakku sampai di tujuan. didampingi dengan tour, si penambang berjalan cepat meninggalkan sisa grup yang kakinya terasa seperti lekat dengan tanah g bisa diangkat. apalagi saya yang sejak malam baru berasa pegel linu keju kemeng. bahkan perlu bantuan untuk ganti celana panjang. dengkulku g bisa ditekuk. wkwkwk 
demi keselamatan dan rasa romantis. aku minta gandeng suamiku saja sepupu gandengan dengan anak asuhku. tour satu lagi dibarisan terakhir. anak asuhku sempat pucat pasi dan sulit bernafas. wajar siy, namanya naik gunung. makin tinggi makin tipis oksigen sehingga sulit bernafas. jadi musti belajar bernafas pelan pelan supaya tidak sesak. selonjor, minum air putih dulu, nyemilin biskuit dan permen baru lanjut lagi. 
anakku yang lebih dulu sampai rupanya tidak kuat menahan dingin. kaos kaki didobel, papanya ngalah melepas jaket dan dirangkap ditambah syal dari tour leadernya. pak penambang belerangnya baik hati dan menaruh iba dengan kondisi anakku. dia keliling keliling nyari ranting atau apa saja yang kering dan mudah terbakar. kemudian anakku dicarikan tempat di ceruk karang yang terlindung dari angin. dia membuat api unggun dan anakku nyempil disitu sampai terang. 
inilah fenomena blue fire yang membuat kita musti bangun jam 1 pagi dan berjalan di gelap dan dingin malam. eh, salah, tepat saat itu adalah bulan purnama ding. entah siapa yang memberitahu, pada saat bulan purnama, apalagi di gunung, udara akan menjadi lebih dingin. persis sama saat dulu sma naik ke gunung merapi. blue fire ini bisa merebus telur katanya. 

 

Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di daerah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini mempunyai ketinggian 2.443 m dan telah empat kali meletus (1796, 1817, 1913, dan 1936). Untuk mendaki ke gunung ini bisa berangkat dari Bondowoso ataupun dari Banyuwangi.
setelah bosan menikmati pemandangan, capek akting untuk beraneka pose foto, mulai terasa lapar, kebelet pipis yang sekian kalinya, jalan pulang deg. jalan turun gunung. dan ternyata turun pun tak semudah kuduga. dengkul masih gemeteran juga tuh. karena sudah terang, pemandangan yang tersibak dari kegelapan, tidak terlukiskan indahnya. mengingat ada beberapa kamera, tidak ada yang cukup antusias untuk memotret dengan lebih baik. plus tak ada tripod. dengan gemeteran mana bisa ngambil foto yang bagus?


No comments:

Post a Comment