if only you are not an indonesian ...

Wednesday, November 27, 2013

a drop by in surabaya

 menutup perjalanan panjang kami, mampir dulu menemui teman di surabaya. anakku melihat lihat museum Angkatan Laut dan sebentar nonton acara di planetariumnya. akibat lelah, saya sudah tidak berminat kemana mana lagi. setelah berantem dengan pemilik guesthouse, menyelesaikan perjanjian akibat kamar dikasih ke orang, saya pengen segera sampai dirumah. pake daster dan selonjor wkwkwk padahal baru sekali ini saya ke markas Angkatan Laut. ke surabaya tentu saja sudah berkali kali. anakku seperti bocah seusianya masih mengidam idamkan menjadi pahlawan. jadi antusias sekali pergi ke markas dijemput prajurit pula.

jangan tanya ini mesin apa. tetapi anakku betah banget jungkir balik didalam dan diluarnya berpura pura menembak musuh.
 
 fyi yah, saat itu masih pagi siy, belum jam 11 siang tapi panas luar biasa. jadi saya duduk manis didalam gedung museum sementara anakku berkhayal maen perang perangan.
sama juga yang ini juga ngadem. mau masuk planetarium juga males banget. sudah kangen kasur dirumah. wkwkwk
terima kasih ya, teman, atas seluruh undangannya berkunjung. anakku sangaaaaaat senang bisa melihat lihat disana. emaknya siy udah uzur ya, g mau maen perang perangan apalagi perang beneran. duh, amit amit deh. 
inilah makanan dan tujuan utamaku mampir dulu semalam di surabaya. makan rujak cingur di delta plaza. g jauh dari stasiun. seandainya bisa beli frozen, bisa disimpan, aku pasti beli buat dimakan lagi sesampainya dirumah. lezaaaaat abis. sampai sampai dulu pas hamil saya juga ngidam ini lho :D berakhirlah perjalanann mulai 21 Juni - 28 Juni 2013 kali ini. semoga masih ada kesehatan dan kesempatan untuk liburan liburan berikutnya menjelajahi dunia, mengagumi keindahan ciptaan Yang Maha Kuasa supaya selalu ingat betapa kecilnya kita dihadapan NYA. terima kasih suaminya, peluk hangat untuk anakku, atas kesediaan kalian mendampingi perjalanan impian kanak kanakku ...
 

menuju perjalanan impian : 4th etape : Taman Nasional Meru Betiri

 puas berjalan jalan disekitar hotel di tepi pantai Plengkung yang sepi, kami dijadwalkan untuk makan siang lebih awal sebab setelah ini tidak ada tempat makan yang layak sampai ke tujuan berikutnya, Taman Nasional Meru Betiri, tepatnya menuju Pantai Sukamade dimana penyu penyu bertelur disana di malam hari. sejauh ini, semua jadwal masih dijalankan tertib tetapi nyaris semuanya meleset dari permintaan saya semula yaitu : diusahakan sampai di penginapan manapun paling lambat jam 7 malam. karena kami bukan orang yang menikmati kehidupan di malam hari, tetapi selalu istirahat di malam hari. yah, apa boleh buat, apalagi sejauh ini, hari ketiga atau keempat ini, kami tidak melenceng meskipun prediksi waktunya meleset. setelah makan siang lebih awal, mengemasi bawaan, kami sempat berfoto foto sebentar di gerbang hotel. dan sempat melihat juga bagaimana speedboat dari Bali menurunkan penumpangnya didepan hotel. tidak ada dermaga khusus selain jalan setapak. dan penumpang musti berbasah basah ria. basah sampai sekitar sepaha orang dewasa.  foto diatas menunjukkan mobil yang mengantar jemput kami dari dan ke pos Pancur. waktunya menjemput mobil kami dan melanjutkan perjalanan.
kami berhenti di kota kecamatan terakhir dimana ada kantor balai yang mengurus taman nasional ini. disana kami bertukar dengan kendaraan fourwheels drive beneran yang bisa menyeberang sungai dan menempuh jalanan yang masih berbatu batu sekelapa besarnya. ketika sampai sini, kembali kami mengemas tas yang lebih kecil hanya untuk satu malam di Pantai Sukamade. sisa barang lain dan mobil dititipkan lagi ke kantor balai. karena sudah masuk daerah pantai, saya lalai tidak menyiapkan baju hangat entah itu sweater atau jaket. bahkan anakku sudah kehabisan baju dalam yang bersih. diakalin dengan merangkap bajunya dengan kaos lengan pendek. dan nanti, di surabaya, kami akan belikan lagi baju dalam sebab masih 6 jam perjalanan kereta dari surabaya menuju pulang. kami agak tergesa gesa sebab perjalanan malam hari menembus hutan tentunya tidak nyaman. selain kesan pertama yang gelap gulita, menyeberang sungai di malam hari tentu lebih berbahaya sebab tidak dapat melihat arus dengan jelas. disini juga, kami menunaikan sholat dluhur dan ashar sekaligus. diharapkan sebelum maghrib kami sampai. dan tadaaaaa ... ternyata sampai disana sudah lewat jam 8 malam. perjalanan berbatu batu dan kiri kanan hanya hutan dalam kegelapan. saat menyeberang pun hanya terdengar arus sungainya. serba menyeramkan tetapi anakku sangat antusias dan melewatkan jam tidur siangnya. begitu sampai di tujuan, makan malam sudah siap, tetapi saya memaksakan diri  untuk berbenah dulu sedikit. membuat susu hangat untuk anakku dulu supaya staminanya tetap terjaga. malam itu kami tidak sendirian di pondok wisata sukamade. ada anak anak sekolah didampingi gurunya sedang berada disana. kemudian ditambah dengan anak anak muda yang camping. mereka malah mengendarai motor dari Malang! berhujan hujan. yah, seandainya saya 25 tahun lebih muda, perjalananan seperti itu juga yang akan saya lakukan. setelah badan sedikit nyaman, akhirnya kami makan malam dulu dan setelahnya langsung menuju pantai untuk mnemukan penyu yang sedang bertelur. kalau kami beruntung, kami akan langsung melihatnya tetapi bisa juga kami harus menunggu berjam jam. begadang sampai pagi menunggu penyu mendarat dan bertelur. tetapi ternyata kami sangaaaaaat beruntung. begitu menapakkan kaki di pantai, memang sedang ada penyu yang sedang bertelur. kami disuruh diam dan tenang dan mematikan semua lampu senter. supaya mama penyu tidak kaget dan bisa melanjutkan bertelur dengan tenang.
ini wajah dari pondok tempat kami menginap di pantai sukamade. sebenarnya bangunannya bagus tetapi kurang bersih. mungkin karena tenaganya terbatas, pengunjung yang terlalu sedikit, dan biaya yang dipungut dari pengunjung terlalu sedikit. airnya banyak, tetapi keruh. pengennya saya nyikat bak mandinya dulu tapi apa daya tenaga terbatas. jadi saya merem saja. sikat gigi diluar saja. airnya terlihat lebih jernih. anakku dimintakan air panas untuk mandi dari satu satunya kantin yang ada disitu. untuk air panas ini, jelas tidak ikut dalam biaya tour. tetapi penting mandi dengan air panas sebab membantu merilekskan otot otot supaya tidak kaku dan sakit.
ini adalah penyu kedua yang mendarat malam itu. yang kami saksikan prosesnya mendarat, memilih lokasi bertelur, menyiapkan diri bertelur, bertelur, kemudian diberi identifikasi oleh petugas, sampai dia berjalan kembali lagi menuju laut lepas. meninggalkan telur telurnya di tangan petugas yang berdedikasi. entah mengapa setelah bertelur, mama penyu ini menitikkan air mata. mungkin karena sedih berpisah dengan telur telurnya dan tidak tahu bagaimana nasib telurnya setelah ditinggalkan atau mungkin juga karena lelah menyeberang.
foto grup yang langka dengan latar depan penyu yang sedang bersiap siap untuk kembali ke laut lepas. akibat lalai membawa baju hangat, jadilah sarung dan pakaian seadanya saja untuk melihat penyu bertelur. g jelas bentuknya semua.
setelah bertelur, petugas memeriksa mama penyu. ternyata penyu yang ini belum memiliki identifikasi. jadi akhirnya, mama penyu dicatat ukuran panjang lebarnya, diprediksi beratnya, diberi katepe semacam logam yang dijepitkan di kaki depannya. katanya, mungkin sakit sedikit seperti telinga yang ditindik. identifikasi dan pencatatan ini bermanfaat untuk pendataan penyu ---- diseluruh dunia --- sebab petugas disini juga berkomunikasi dengen WWF sehingga akan ada data atau catatan kapan lagi mereka bertelur dan dimana.
 ada beberapa jenis penyu yang sering mampir kesini tetapi yang paling banyak adalah penyu hijau. mama penyu yang ini lebar dan panjangnya nyaris 1 meter persegi. mungkin beratnya juga sekitar 100 kilogram juga.
setelah mama penyu pergi, kami mengambil semua telur dan menghitungnya. kali ini ada 107 butir telur penyu yang sangat berharga. sebab harapan hidup penyu sangat rendah. dari 1000 penyu yang menetas hanya ada 1 ekor saja yang tumbuh dewasa. banyak sekali predator penyu ini mulai dia dalam bentuk telur sampai menetas dan saat pertumbuhannya sebagai penyu muda. manusia banyak sekali yang gemar makan telur penyu juga biawak, babi hutan dan beberapa binatang lainnya. jadi disini, petugas akan memindahkan telur ke bangunan semi permanen didekat pondok. menguburnya dengan pasir pantai juga, mencatat jumlah dan jenisnya, kemudian nanti dilepaskan saat usianya sudah mencapai kira kira 5 - 7 hari. pada malam itu, ada 14 ekor penyu yang mendarat dan bertelur. semuanya nyaris diatas 100 butir per penyu. bayangkan, bagaimana kerja keras petugas disana yang hanya berjumlah 4 orang, sepanjang malam begadang menunggui penyu bertelur, mengangkuti telur ke tempat penetasan, dan mencatatnya. kalau bukan karena dedikasi, karena apa? mengingat mereka bekerja jauh dari peradaban. bahkan tidak ada listrik disini. tidak ada sinyal telepon. makanan datang dikirim oleh truk dari desa dimana kami meninggalkan mobil. harus menyeberang 3 sungai besar dan 2 sungai kecil untuk sampai di peradaban terdekat.

 Taman Nasional Meru Betiri terletak di regional Jawa Timur bagian selatan pada koordinat geografis 8°21’ - 8°34’ LS, 113°37’ - 113°58’ BT, dengan ketinggian 900 - 1.223 mdpl dan curah hujan rata-rata 2.300 mm/tahun, ditunjuk sebagai taman nasional sejak tahun 1982 oleh Menteri Pertanian dengan luas wilayahnya sekitar 58.000 ha dengan nama diambil dari nama gunung tertinggi di kawasan ini yaitu gunung Betiri (1.223m). Secara administratif, Taman Nasional Meru Betiri berada dalam wilayah Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Penunjukan taman nasional ini disahkan dengan surat keputusan Menteri Kehutanan, SK No. 277/Kpts- VI/97.

TN Meru Betiri dapat diakses baik melalui wilayah Kabupaten Banyuwangi di timur, atau pun melalui Kabupaten Jember di sebelah barat. Yakni melewati tempat-tempat sbb.:
 http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Meru_Betiri

pagi yang indah dan cerah untuk bermain di tepi pantai berpasir lembut. foto diatas adalah jejak kaki penyu yang mendarat di pantai malam hari sebelumnya. katanya siy, dari jejak kakinya ini terbaca jenis penyunya dan tentu, ukurannya. meskipun siang tidak tidur dan kurang istirahat, malam hari juga tidurnya larut malam, anakku tetap bangun pagi. bahkan pagi sekali. sehingga kami berlima bisa sholat shubuh berjamaah di musholla terbuka diseberang pondok. belum ada tanda tanda kehidupan disekitar. setelah meminum susunya, anakku langsung mengeksplorasi sekitarnya. kami mengintip ke bangunan bangunan lain disana dan menemukan tempat pengeraman telur penyu. petugas yang berjaga disana, yang sudah bangun, memberi kami 30 ekor tukik, anak penyu untuk dilepas ke pantai. tentu saja kami dengan senang hati melakukannya. pantai yang indah baru terlihat dibawah matahari pagi.
Pantai Sukamade ini paling diminati oleh wisatawan mancanegara, karena terdapat atraksi pengamatan penyu yang merupakan satwa langka. Pertama masuk Pantai Sukamade, pengunjung akan disambut oleh kelompok macaca dan lutung yang sudah terbiasa dengan pengunjung. Pengunjung dapat menikmati treking melintasi hamparan hutan hujan tropis dataran rendah dengan akses jalan setapak. Potensi yang dapat dinikmati sepanjang jalur ini antara lain kumpulan kelelawar besar, kijang, babi hutan, biawak dan berbagai jenis burung termasuk elang laut.
Berjalan menyusuri pantai Sukamade, jika pada siang hari akan terasa panas dan kurang menarik tetapi jika pada malam hari tiba, pantai Sukamade akan berubah menjadi surga. Satu per satu penyu akan muncul dari laut menuju ke pantai untuk bertelur. Pemandangan inilah yang ditunggu-tunggu wisatawan khususnya mancanegara. Karena langka maka perlakuan untuk mengamatinyapun harus ekstra hati-hati. Biasanya pengunjung tidak diperbolehkan menyalakan lampu dan berbuat gaduh selama berada di pantai. Proses penyu bertelur sendiri memakan waktu kurang lebih 3 jam dari naik ke pantai sampai kembali lagi ke laut.

Fasilitas yang tersedia :
- Pondok Wisata
- Kantin / Warung
- Hatchery / Penetasan telur penyu
- Bak pembesaran tukik / anak penyu
- Mushola
- MCK
- Camping ground
- Genset
- Solar cell

 http://merubetiri.com/detail_statis/id/39/pantai_sukamade.html
petugas memberi anakku tukik tukik untuk dilepaskan ke laut. beberapa tukik mati karena penyakit jamur atau karena plasentanya tidak tumbuh. di dinding ada daftar telur yang menetas dan yang mati. mengejutkan sekali dari sekian ribu telur yang menetas, hanya dibawah 10% nya yang akan tumbuh menjadi penyu dewasa. diluar bangunan banyak poster poster tentang jenis jenis penyu, makanan, habitat, predator, dan apa yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya dari kepunahan.
ini tukik yang mati karena plasentanya tidak tumbuh dengan baik. kasihan sekali ya :(
mengeluarkan penyu satu persatu dari ember untuk dilepaskan lagi ke laut. secara naluriah, begitu diletakkan di pasir, si tukik ini langsung menghadap ke laut dan lari menyambut air laut. ada yang terguling guling dulu saat terhempas ombak tetapi tetap dengan penuh semangat kembali lagi menuju kebebasannya. untuk acara melepaskan tukik ini, katanya, pihak tour memberikan uang kepada petugas di pantai ini. apapun istilahnya saya tidak keberatan. lagipula itu sudah ada dalam paket tour yang sudah dibayar. driver dan guide tour belum tampak bangun sampai kami selesai melepas tukik tukik itu bahkan kami kehujanan di pantai. tetapi saat kami di pantai, ada pendamping guru dengan murid murid yang juga melepas tukik. mereka nekad lari hujan hujanan dan pak guru itu yang memberitahu driver landrover itu untuk menjemput kami dengan mobil. driver dan guide kami sendiri masih nyenyak.
 selamat jalan tukik tukik ... semoga perjuangan hidupmu berhasil dan kalian bisa tumbuh dewasa lalu kembali lagi bertelur di pantai sukamade yaaaa :)
 karena hujan deras, anakku kesal sekali tidak bisa bermain main yang lama di pantai. apalagi pasirnya enak sekali untuk maen. lembut dan bersih. tidak ada sampah sampahnya. kembali ke tempat penetasan, kami melihat kesibukan para petugas yangs edang memindahkan telur telur semalam kedalam ember, mencatat dan memberi tanda jumalh dan jenis telur yang ada didalamnya. karena area pengeraman sudah penuh, akhirnya telur telur yang datang kemudian dikubur didalam ember plastik. menyedihkan sekali ya.
 ternyata, memindahkan telur kedalam ember besar dan menguburnya dengan pasir bisa menggantikan keasyika  bermain pasir di pantai :D
dikubur pasir pantai. pasirnya dicidukin pakai mangkok plastik yang ada disitu. sementara petugas yang lain menyusun dan mengangkat angkat telur telur yang lain.

 setelah telur telur tertutup pasir semua, anakku boleh menuliskan jumlah telur, jenisnya, tanggal dikuburnya, dan menuliskan namanya sendiri di papan kecil itu. papan itu nanti ditancapkan diember atau di pasir kalau nanti dipindahkan lagi. dari situ akan dicatat berapa telur dierami dan berapa yang menetas dengan sehat. kami beruntung lagi sebab saat disana, menyaksikan bagaimana tukik pertama menetas dan menampakkan diri dari kuburan pasir itu. awalnya siy malah agak serem sebab kepalanya hitam kecil itu mirip sekali dengan kepala ular. kemudian ada gerakan gerakan lain di pasir. dan gundukan pasir itu menjadi semakin cekung seperti longsor karena desakan tukik tukik yang akan keluar ke permukaan pasir. setelah keluar mereka berlarian kemana mana lucu sekali. sayang sekali saking terpananya saya tidak terpikir untuk merekam dengan video. bengong thok :D
 
kemudian puas bermain dengan tukik, kami semua makan pagi. sementara driver dan guide baru menemui kami dan heboh bertanya tanya berapa ekor tukik yang kami lepaskan. sebaba mereka harus membayar kepada petugas, kemudian petugas yang mana yang memberi tukik kepada kami. saya jawab seingatnya sebab tidak tahu pentingnya dimana. tour menjadwalkan kami melepas tukik di pantai sekitar jam 10. jelas terlalu siang menurut versi kami yang biasa bangun pagi dan tidur cepat. sementara itu turun hujan yang naik turun intensitasnya. mustinya kami check out dari pondok hari ini tetapi belum jelas jam berapa. saya tanya, kapan kami keluar dari sini? katanya setelah makan siang. saya bilang, kalau setelah makan siang, jatah air minum yang katanya 1 box per hari itu sudah habis. saya tidak mau beli lagi sebab kami tidak pernah menghabiskan sebanyak itu selama perjalanan. saya butuh banyak air minum. akhirnya guide memberi kami masing masing satu botol tanggung air minum selain teh pendamping sarapan kami. saya bersikukuh untuk segera keluar dari situ sebab mendung makin gelap dan terbaca cuaca tidak akan menjadi cerah semakin siang. hujan makin deras. saya mengkhawatirkan sungai sungai yang harus diseberangi menuju pulang itu. ini adalah ketegangan yang lain akibat kehabisan air minum dan jadwal yang tidak sesuai dengan cuaca. saya tidak suka ini. saya tidak mau terpaksa menginap lagi disini. saya tidak mau terjebak sungai banjir disini. saya ingin keluar segera dari sini. akhirnya guide menuruti kemauan saya dan membungkus makan siang kami dengan kertas nasi. saya tidak pedulu tetapi yang penting segera keluar dari sini. akhirnya jam 10 tepat kami keluar dalam cuaca yang tidak bersahabat. hujan deras dan langit yang pekat warnanya. bahkan kami sudah tidak berselera lagi untuk foto foto. tetapi naluri saya sangat benar. hujan makin deras dan sungai besar kedua nyaris tidak bisa diseberangi. truk angkutan murid murid sekolah yang berangkat 2 jam didepan kami, masih berhenti di tepi sungai. anak anak berkeliaran kemana mana sambil basah kuyup. justru yang naik motor bisa naik rakit dan sampai di peradaban lebih cepat. driver landrover menjajagi kedalaman sungai, arus airnya sambil berdiskusi dengan driver truk. semntara mereka berdiskusi, kami berfoto foto dan mengamati sungai dan keadaan sekeliling kami. akhirnya diputuskan kami mampu menyeberang. begitu sampai diseberang, kami menunggu truk untuk menyeberang juga. solidaritas sesama driver di hutan, kurasa, tanpa sadar, kami semua bertepuk tangan dan anak anak didalam truk juga bersorak sorai karena bisa pulang. kami beriringan menuju desa peradaban terdekat. berhenti di kantor balai yang sama untuk bertukar mobil, berganti pakaian kering, sholat dluhur, dan makan siang. tetapi ternyata sampai di balai suasana sangat hiruk pikuk. tidak ada satu pun rencana kami yang bisa dijalankan. akhirnya kami putuskan mencari masjid sambil jalan menuju ke surabaya.
 seru sekali petualangannya menyeberang sungai dan menembus hutan rimba. tetapi bagaimana pun saya tinggal di peradaban jadi terlalu lama di daerah terpencil akhirnya tidak merasa nyaman. sudah kepengen pulaaaaaang :)

sepanjang perjalanan, selain hutan rimba, ada dua desa kecil. yang kalau sungai sedang meluap pasti mereka tidak bisa kemana mana. diantara dua desa itu ada sekolah lengkap dengan rumah dinas guru. oh, menyedihkan sekali. siapa yang mau membaktikan diri kepada ibu pertiwi dengan menjadi ibu atau bapak guru disini? atau mungkin jadi dokter atau tenaga medis lainnya? dokter puskesmas terdekat adalah 3 jam perjalanan dari desa ini. karena itu hanya datang 2 bulan sekali dan biasanya menginap. ada juga klinik yang dimiliki olah kantor perkebunan swasta disana. tetapi saya mampir numpang pipis disana, klinik itu kosong. tak ada tanda tanda ada kegiatan pelayanan kesehatan disana. bangunannya relatif masih baru dan cukup bersih. ada air juga melimpah. mungkin klinik kecil itu ditujukan untuk para buruh buruh perkebunan yang tinggal disekitar situ. memang selain hutan rimba, ada perkebunan kopi dan cokelat disana. beberapa terawat dengan baik dan sisanya terlantai. buah cokelatnya menghitam dan kebunnya kotor banyak ranting dan dahan busuk berserakan. sayang sekali. bukankah mahal sekali biaya yang dikeluarkan untuk membuka kebun cokelat atau kopi? bukankan kita membutuhkan keduanya? mengapa kita harus impor? mengapa cokelat mahal di negeri yang punya kebun cokelat?
petualang kecil sudah puas menikmati off road dengan kendaraan fourwheels drive. setelah tidak tidur siang, tidur larut malam, bermain pasir dan menyeberang sungai yang sangat seru sekali akhirnya lelah dan ngantuk. tidur dipangkuan saya sampai beberapa jam, sampai akhirnya tiba waktunya kami mengucapkan selamat tinggal taman nasional meru betiri. setelah ini kami menuju surabaya baru pulang ... 
ketegangan terakhir adalah ketika driver tour memperediksi kami akan sampai di surabaya saat hari masih terang atau sekitar jam 7 malam. ternyata jam 7 malam kami lapar dan makan malam sudah bukan paket dari tour. aneh sekali mengingat keterlambatan ini kesalahan dari tour, bukan dari kami. tetapi saya tidak mau merusak suasana liburan dengan berdebat hal hal seperti itu lagi. yang penting kami semua selamat sampai di surabaya.  tepat ketika adzan isya, saya minta berehnti di salahsatu masjid yang terlibat besar, cantik, dan bersih. ternyata kamar mandinya juga cukup bersih dan air melimpah. di kiri kanannya juga ada warung makan. saya putuskan sitirahat dulu disini, di masjid, sholat, kemudian makan malam dan kemudian melanjutkan perjalanan. diseberang masjid kami makan mie dan nasi goreng. alhamdulillah anakku makan cukup lahap ditambah susu dan madu, cukup untuk menjaga staminanya tetap baik sampai dirumah kembali. begitu masuk ke mobil lagi, badan kami sudah terasa lebih nyaman, perut sudah kenyang, dan tidurlah. 
nah, coba tebak, jam berapa kami sampai di surabaya? ternyata kami sampai disana jam 2 pagi!!! busyet banget dah, prediksinya melesetnya g tanggung tanggung. melesetnya sehari. tapi aku tidak mau memperpanjang masalah dan malah aku kasih tips untuk guidenya. mengingat dia memperlakukan anakku dengan baik. bahkan beberapa kali membantu menyuap dan memangkunya saat anakku pengen duduk didepan disebelah driver. kuhargai perhatiannya itu meskipun aku sebal dengan semua keterlambatan itu. puncak kemarahanku justru nyasar ke pemilik guest house di surabaya. bayangpun, nyampe sana jam 2 pagi, kamarku dikasihkan orang lain dan dia hanya minta maaf. minta maaf mbahmu ya, sudah ada reservasi dan kami tidak pernah membatalkan. dan jatah sehari semalam yang kami punya kan belum berakhir sampai nanti jam 12 siang. kalau tidak dilerai temanku, rasanya pengen deh, bikin gaduh di guest house itu ;D
by the way, seluruh perjalanan ini sangat menyenangkan. mengunjungi tempat tempat eksotis dibelahan timur pulau Jawa ini. semoga memberi inspirasi untuk seluruh grup ini, menyadari betapa kecilnya kami dihadapan Sang Pencipta ....

menuju perjalanan impian : 3rd etape : taman nasional alas purwo

burung merak ini yang memberi ucapan selamat datang begitu kami sampai di pos pertama masuk ke taman nasional alas purwo. mungkin karena tidak banyak ada orang disana, burung merak ini tidak terlihat takut melintas atau menyeberang jalan. mendongak, mendengarkan suara suara pohon berayun, terlihat jenis monyet berekor panjang yang saya menyebutnya "budheng" tapi katanya ada juga yang hitam dan mereka menyebutnya "lutung'. asyik sekali mengamati binatang binatang didalam habitat aslinya. seperti melihat perempuan cantik tanpa make up kali ya? wkwkwk ...

 setelah beristirahat sebentar, meluruskan kaki yang pegal semua karena mendaki gunung ijen, sambil sarapan pagi saya ngobrol dengan driver tour kami. saya tanyakan rencana trip selanjutnya. menurutnya, kami akan berangkat setelah makan siang menuju taman nasional alas purwo dan menginap di surfer guesthouse di tepi pantai g-land alias plengkung. hari itu baru jam 8 atau 9 pagi. anakku masih pengen lari lari di halaman belakang guesthouse arabica yang luas. lanjutnya, karena kami terlambat berangkat kesana, alas purwo, mungkin kami tidak bisa melihat banteng sedang merumput di padang penggembalaan sadengan. saya bilang mengapa terlambat? lha ini jam segini kan masih disini, katanya. lho, kan kami pergi ke ijen mendahului jadwal. seharusnya setelah makan pagi kami baru berangkat. tetapi kan makan pagi kami justru sudah kembali dari ijen. bagaimana bisa kami terlambat? entah mengapa, terlintas pikiran ada beberapa spot yang akan di skip oleh tour ini. saya jelas sangat keberatan kalau ada trip yang terlewat sementara kami tidak melakukan apa apa yang membuat trip terlewat. tidak ada yang molor dari grup. kemudian saya tanya, jadi, seharusnya jam berapa kita check out dari sini supaya bisa lihat banteng di sadengan? paling lambat jam 11 katanya. oke, kami akan siap jam 11. driver dan guide tour kami terlihat berbicara serius dan segera terbirit birit untuk menyiapkan diri. saya kasih pengumuman ke grup kalau kami akan pergi dari guest house paling lambat jam 11. melihat gelagatnya, driver ini memang akan masih nyantai dulu menikmati kopinya. tapi apapun alasannya, saya keberatan salahsatu tujuan trip dihapus bukan karena kesalahan kami. guide bilang, mereka sudah pesan makan siang untuk kami di guest house ini. bungkus saja. masukkan ke dalam box atau dibungkus dengan kertas nasi saya tidak peduli. selama bersih. tetapi saya sendiri membawa satu set rantang susun. saya minta untuk dicuci dan makanan kami dimasukkan kesitu dilapis lagi dengan tas plastik. 

ini adalah ketegangan pertama dengan pihak tour. ada lagi nanti di trip berikutnya bagaimana pihak tour berusaha memolor molorkan trip. tetapi tidak dengan mudah meloloskan diri dari saya. yah, sekedar pelajaran untuk trip selanjutnya, atau untuk pembaca yang akan menggunakan jasa travel and tour seperti saya, baca baik baik itinerary yang mereka buat, carilah informasi sebanyak banyaknya, siapkan back up plan untuk trip anda, kemudian pastikan harganya sesuai dengan trip yang ditawarkan. lalu selama perjalanan, jangan segan bertanya dan menuntut hak anda. sedikit atau banyak, kalau anda sudah membayar, itu adalah hak anda. bagaimana memenuhinya, itu urusan travel dan tour. toh tour juga tidak peduli bagaimana cara anda mendapatkan uang untuk membayar mereka kan? wkwkwk ...

kemudian setelah menyiapkan perlengkapan mandi dan baju ganti anak saya, bergantian makan nasi goreng dan telor ceplok yang disiapkan oleh guest house, saya merapikan bagasi yang lumayan banyak. kami pergi nyari 8 hari 7 malam dengan anak anak pula. demi kenyamanan dan keselamatan, saya membawa semua yang diperlukan. apalagi tujuannya berbeda beda. 

nyaris terasa suasana tegang karena saya bersikukuh untuk berangkat segera demi jadwal trip yang tepat. lain lagi dengan soal air panas di kamar mandi yang tidak selalu mengalir dengan lancar. ditambah  petugas guest house yang sedang mengepel lantai seenaknya membuat salahsatu dari kami terpeleset. mungkin karena awalnya kami banyak bercanda sehingga pihak tour menganggap kami mudah dikelabui. suami saya tidak memperhatikan jadwal tour dengan seksama meskipun tetap menikmati perjalanan. lalu sekitar jam 11 siaplah kami semua menuju bagian ketiga dari trip panjang ini. kami akan menuju salahsatu sudut Kabupaten Banyuwangi, menuju Taman Nasional Alas Purwo. beberapa perjalanan meleset sebab ada jalan yang rusak dan ditutup sehingga sempat mencari jalan yang memutar. guide membuka tabletnya mencari peta di internet untuk mencari jalan alternatif yang paling memungkinkan untuk kami. beberapa spot juga agak ngebut karena kami harus sampai di padang penggembalaan Sadengan sebelum jam 5 sore, sebelum para banteng itu berangkat tidur. 

setelah berhenti di pos disambut burung merak, untuk melapor kepada petugas jagawana yang sudah diberitahu sebelumnya tentang kehadiran kami, akhirnya sampai juga di Sadengan. memang benar, terlihat sekawananan rusa, banyak burung merak, dan banteng sedang merumput disana. tetapi mereka merumput di sisi padang yang jauh dari kami. driver meminjamkan teropong untuk kami dari petugas yang memiliki pondok disitu. disana dibangun menara untuk pengawasan banteng. suamiku membawa teropong juga. sehingga dengan 2 teropong kami bisa leluasa bergantian untuk mengamati perilaku banteng nun jauh disana. karena banteng ini semakin hari semakin berkurang jumlahnya, rumput di padang ini juga dikontrol. juga air minum untuk para binatang ini. jadi bisa dibilang, mereka tidak sepenuhnya liar. beberapa spot rumput dipagari. menurut mereka, itu bagian rumput yang sedang dalam penelitian. supaya tidak ikut dimakan banteng atau rusa, rumputnya dipagari. para petugas disana mungkin bermaksud memastikan gizi yang cukup untuk para binatang itu agar mereka dapat berkembang biak mengingat jumlahnya yang terus menurun setiap tahunnya. satu hari, anak cucu kita hanya akan melihat gambar banteng didalam buku pelajaran biologi, seperti kita hanya bisa melihat gambar dinosaurus.



 gambar diatas memberi pembukaan tentang Taman Nasional Alas Purwo. yang sebelumnya saya dengar cerita cerita seram. genderuwo, hantu, dan berbagai binatang buas. tentu saja seram sebab taman nasional tidak ditujukan untuk tempat wisata seperti dufan, misalnya. sesedikit mungkin manusia yang berada didalamnya, hutan yang lebat menjaga ekosistem, menjadi rumah bagi bermacam macam binatang. sehingga tidak ada fasilitas apapun untuk wisata disana. itu sebabnya, itu alasan kuat mengapa saya menggunakan jasa tour. sebab membutuhkan serangkaian persiapan termasuk izin untuk masuk kesana. meskipun di sisi lain, kadang harus tegas kepada tour kalau mereka mulai mencoba menyimpang dari tugasnya. dan bagaimana pun juga, tour ini sudah pernah datang kesini dan mengenal beberapa orang yang bekerja di taman nasional. sengaja saya tidak menceritakan sisi gelap dan seram alas purwo kepada grup. supaya perjalanan tetap menyenangkan. tetapi tour mengingatkan beberapa hal yang tabu dilakukan didalam sana. seperti dilarang memetik, mematahkan, mengambil apapun didalam hutan, sebaiknya bersikap dan berkata yang sopan juga selama didalamnya.
seru sekali kan, meneropong perilaku banteng dan teman teman kecilnya dengan teropong? katanya, kalau bantengnya besar dan berwarna hitam, berarti banteng berjenis kelamin jantan. yang berwarna coklat memang cenderung lebih kecil. yakin banget bantengnya besaaaaaarrr sekali mengingat jarak pandang yang jauh :( kebetulan di menara pandang sedang ada petugas yang sedang mengamati banteng sehingga kami mendapatkan sedikit cerita dari beliau tentang banteng banteng ini.
kelihatannya menara pandang memang sengaja dibuat nyaman untuk duduk duduk di sore hari untuk mengamati banteng. ada waktu waktunya banteng itu berada kebih dekat dengan menara sehingga lebih mudah diamati. sayangnya sampai kami pulang, para banteng itu tetap jauh nyaris di cakrawala.
ini adalah tampak depan hotel yang kami tempat hanya semalam. setelag dari padang penggembalaan Sadengan, kami diminta untuk mengemasi sedikit saja barang sebab hanya menginap semalam disini. mobil kami ditinggal di pos Pancur, dititipkan kepada petugas. disana ada tempat parkir yang cukup luas. dan terlihat banyak monyet berloncatan di dahan pohon. ada beberapa kendaraan lain juga parkir disana. selain pakaian ganti, tentunya semua barang berharga alias gadget kami bawa bersama dan dari situ kami menumpangi mobil yang dikirim oleh hotel. sebenarnya bukan mobil fourwheels drive tetapi drivernya sudah biasa menembus lebatnya Alas Purwo. sepanjang perjalanan menuju hotel, jalannya masih tanah dan berlumpur hebat mengingat musim hujan yang belum berakhir pada waktu itu. beberapa kali terlihat rusa menyeberang. ada beberapa titik terlihat laut di sisi kanan kami. beberapa diantaranya sebenarnya layak dikunjungi tetapi hari sudah gelap. pemandangan didepan dan disekitar kami benar benar seram. saya banyak banyak membaca doa dan memegang lengan anakku erat erat. kadang kadang anakku melihat sesuatu yang belum bisa dipahami. tetapi alhamdulillah ... kami semua selamat sampai di hotel beberapa saat setelah maghrib. menurut mereka, sebentar lagi makan malam akan siap. tetapi kami akan menunaikan sholat maghrib dulu, membersihkan diri dulu baru bergabung di meja makan. kecuali kami, sisa tamu hotel adalah para surfer yang kebanyakan datang dari Australia. tetapi perjalanan mereka berbeda dengan kami yang menempuh perjalanan darat terguncang guncang menembus rimba. mereka melalui laut dari salahsatu pantai di Bali dengan menggunakan speedboat sekitar 2  - 3 jam dari sana. kemudian langsung sampai didepan hotel. mereka menginap dengan sistem paket yaitu kamar, makan, dan antar jemput speedboat untuk kembali. bahkan hotel ini juga tidak buka sepanjang tahun. hanya pada musim ombak yang bagus untuk berselancar antara maret sampai november. karena jauh terpisah dengan peradaban, mereka benar benar mengontrol jumlah tamu dan jumlah logistik. logistik dikirim dari Banyuwangi pada waktu waktu tertentu saja. karena nyaris seluruh tamunya asing, mereka juga hanya menyediakan menu a la asing juga. dan dalam jumlah yang lebih besar dibanding hotel biasa. rupanya para surfer ini biasa makan berkali lipat porsi orang biasa. pantry didepan terbuka 24 jam untuk kopi, teh, atau milo. disediakan gelas gelas dan siapapun yang menginginkan, silakan membuat sendiri. petugas hotel akan berteriak memberitahu jika makanan telah siap. kemudian dengan sigap para tamu berbaris sambil membawa piring masing masing. hidangan disajikan bertahap. pembuka seperti sup. kemudian main course. dan terakhir disajikan buah buahan dan beberapa jenis kue. sengaja dibuat demikian, meja tidak dibuka terus menerus, sebab selain kami, buanyaaaak sekali monyet yang berkeliaran di sekitar kami. dimana mana dipasang pengumuman untuk tidak memberi makan dan untuk selalu menyimpan barang barang didalam kamar dan jangan lupa untuk selalu menutup jendela dan pintu kamar juga. sering terlihat tempat sampah ayng jungkir balik dan isinya diacak acak monyet. petugas hotel berusaha keras untuk mengusir monyet monyet ini tetapi mereka tidak takut. selalu kembali lagi. kadang kadang monyet ini menyetel televisi keras keras dilantai atas mengagetkan semua orang.   

 air disini jernih dan banyak tetapi rasanya asin. hihihi ga enak banget sikat gigi campur garam. dan rasanya sekuat apapun menggosok badan saat mandi, tetap terasa licin. karena kami memilih family room, kamarnya cukup luas dan ada dua jenis tempat tidur didalamnya. menurut saya siy kurang bersih lantainya tetapi memang keluar masuk tetap pakai sandal. bagaimanpun di sekitar kami kan pantai berpasir yang tidak mudah dibersihkan.

 pemandangan di pantai yang indah dan udara yang sejuk, enak sekali dinikmati sambil berguling guling di hammock ini. ada beberapa yang dipasang di tepi pantai. karena laut ini lebih cocok untuk berselancar, ombaknya besar dan berbahaya untuk berenang. saat seperti pagi itu, laut surut sehingga kami masih bisa bermain di tepinya. menjelang siang saat ombak tinggi itulah saatnya berselancar. kita bisa mengamati para peselancar dengan teropong dari menara pandang yang berjarak beberapa ratus meter dari hotel. kami bertemu dengan seorang photographer profesional disana. dengan lensanya yang panjang, bisa menangkap gambar dan aksi yang jelas para peselancar yang terlihat hanya seperti korek api dari tempat kami berdiri.

 ini adalah moda transportasi yang terlihat ada disana. tidak nyaman memang tetapi hanya ini yang mampu menembus perjalanan menuju pantai Plengkung ini. beberapa orang asing kadang mencoba untuk keluar hutan dengan menumpang ini. penduduk setempat menyebutnya dengan grandong. biasanya mereka juga membawa hasil panen atau kayu bakar dari hutan. grandong yang ini diparkir didepan hotel tetangga kami. mereka juga ada klinik tetapi kami tidak berpikir untuk bertanya apakah ada dokter atau mantri yang jaga disana. kalau melihat dari depan saja, kelihatannya petugas medis hanya datang kalau dipanggil saja.

 
 inilah sedikit pemandangan yang terlihat dari atas menara pandang di tepi pantai Plengkung. 


Pantai Plengkung[1], atau lebih dikenal dengan nama G-Land, adalah pantai yang terletak dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Plengkung dapat dicapai selama setengah hari perjalanan darat dari Bali. Pantai Plengkung juga bisa dicapai dengan boat sewaan dari Bali.[2]
Ekspedisi
Pada tahun 1972, sekelompok peselancar asal Amerika Serikat, mengadakan sebuah ekspedisi untuk menuju Plengkung. Ekspedisi ini diikuti oleh 8 kelompok surfer. Tiga di antaranya berangkat dengan boat sewaan sedangkan 5 kelompok lainnya menempuh jalur darat. Kelompok darat melakukan perjalanan hingga tiba di Desa Grajagan. Dari Grajagan mereka menempuh jarak 20 km lagi untuk tiba di Plengkung dengan cara menyusuri perairan pantai menggunakan papan selancar. Setelah melewatkan perjalanan yang keras dan kekurangan air bersih (air bersih mereka kumpulkan saat hujan dan air hujan tersebut menempel di layar boat), kelompok yang memakai boat sewaan mendarat langsung di Plengkung. Sesaat setelah tiba mereka mendirikan base camp untuk keperluan peninjauan tempat surfing. Mereka ada di Plengkung untuk 10 hari.
Surf Camp
Seorang peselancar bernama Mike Boyum kemudian membantu mendirikan sebuah surf camp pertama di Plengkung. Surf Camp ini akhirnya diambil alih oleh seorang peselancar asal Bali bernama Bobby Radiasa di akhir dekade '70-an hingga kini.[3] Terinspirasi dari kamp selancar milik Boyum/Bobby, Surf camp lainnya mulai dibuka di Plengkung.[4] Mereka antara lain adalah G-Land Bobby's Surf Camp yang menawarkan akomodasi dan fasilitas lengkap dengan tarif yang relatif terjangkau. Selain itu ada Joyo's Surf Camp dan G-Land Surf Camp. [5]

Pantai Plengkung berlokasi di bagian tenggara Pulau Jawa, berada dalam gugusan pantai selatan Jawa yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga Pantai Plengkung termasuk pantai berombak besar. Ombak besar ini dihasilkan oleh sistem bertekanan rendah yang berasal dari selatan (Antartika). Pantai Plengkung juga terletak di sisi timur Teluk Grajagan, maka dari itu sisi kanan Pantai Plengkung memiliki ombak lebih dominan. Ombak Panjang Plengkung berbentuk memanjang, tinggi, dan berkecepatan tinggi. Ombak Pantai Plengkung juga membentuk tabung ombak hampir sempurna sehingga menjadi favorit para penggila olahraga surfing.
Angin lepas pantai yang berhembus di Plengkung terjadi antara bulan April dan September. Hal ini menyebabkan ombak paling besar terjadi pada bulan-bulan ini. Pada waktu-waktu tersebut ombak datang bertahap, masing-masing berlangsung selama beberapa hari, dengan rentang beberapa hari di antara setiap ombak. Gelombang cenderung lebih besar dan lebih baik pada saat pasang, jadi waktu yang terbaik untuk merencanakan perjalanan surfing adalah seminggu setelah masa bulan purnama atau bulan baru, karena pada waktu-waktu ini gelombang tinggi terjadi selama setengah hari.

Pada tahun 1994 gelombang tsunami melanda sebagian kawasan pantai selatan Jawa Timur. Tsunami tersebut terjadi diakibatkan oleh gempa tektonik berukuran 7,2 Skala Richter terjadi di Palung Jawa yang terjadi sebelumnya. Pantai Plengkung juga tidak luput dari gelombang tsunami tersebut . Empat puluh menit setelah gempa gelombang melanda sebuah surf camp.[6] Tinggi tsunami yang melanda Plengkung diperkirakan setinggi 5,6 meter. Tidak ada korban jiwa seperti di pantai-pantai lain yang berada segaris dengan Plengkung. Misalnya desa-desa pantai seperti Rajegwesi, Pancer dan Lampon yang hampir sepenuhnya diratakan oleh tsunami dan tercatat 223 korban tewas di sana. [7] Seorang surfer bernama John Philbin berada di Plengkung pada malam terjadinya tsunami. Dia menggambarkan tsunami tersebut sebagai ombak yang sangat besar. "Saat gemuruh makin keras, saya masih duduk di dalam kamar saya, dan tiba-tiba air datang menghantam gubukku." Surfer lain bernama Richie Lovett menggambarkan pengalaman itu seperti "ditabrak kereta api dengan kecepatan penuh". Seorang lainnya bernama Richard Marsh awalnya mengira harimau telah menyerang mereka, tapi kemudian ia menyadari itu adalah gelombang besar. Marsh dan Lovett tersapu ratusan meter ke dalam hutan oleh gelombang. "Aku benar-benar panik. Aku hanya berusaha menggapai sesuatu yang terapung untuk bertahan hidup dan menghindari puing-puing jatuh di kepala saya serta berusaha untuk bisa bernapas." Lovett akhirnya harus kembali ke Australia untuk perawatan medis. "Pondok telah menghilang dan aku terjebak oleh kayu dan potongan bambu. Ketika air mulai mereda. Aku terjebak dan kakiku terjepit tumpukan kayu dan sampah." Para peselancar lainnya juga mengunjungi G-Land saat tsunami terjadi seperti Monty Webber, Gerald Saunders, Rob Bain, Shanne Herring, Simon Law, dan Kevin Komick. Fotografer selancar asal Australia Peter Boskovic, alias "Bosco" juga berada di G-land selama tsunami. [8]


Saturday, November 9, 2013

menuju perjalanan impian : 2nd etape : kawah gunung ijen



 dari Turen, Kabupaten Malang, melintasi Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, kemudian tujuan Bondowoso, dimana mendaki menuju kawah Gunung Ijen bermula. seperti dalam foto diatas, kira kira, jalanan yang dilalui untuk kesana.



pemandangan dari atas jembatan yang terkenal dengan nama Piket Nol. 

 


Piket Nol berada di jalan lintas selatan Jawa Timur antara Malang dan Lumajang, sekitar 30 kilometer sebelah barat Lumajang. Titik peristirahatan ini berada di tengah jalur jalan beraspal mulus berkelok-kelok, membelit perbukitan di kaki gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Jika berangkat dari arah Lumajang, jalan menanjak dimulai selepas Desa Pasirian, sekitar 45 menit dari pusat kota. Sekitar 15 menit menanjak, kita akan bertemu warung Sudi Mampir dengan tempat parkir yang luas.

Alur sungai yang lebar dan dalam ini dilintasi Jembatan Besuk Kobo’an, yang lebih dikenal dengan nama Jembatan Gladak Perak oleh warga sekitar. Ada dua jembatan di sana, satu buatan Belanda yang sudah tidak digunakan lagi dan satu jembatan beton sepanjang 130 meter yang dibangun Pemerintah Indonesia pada tahun 2001.

Menurut mitos yang dipercaya masyarakat setempat, fondasi jembatan lama dibangun dengan tumbal gelang perak milik seorang penari ledek cantik sebagai penolak bala. Dari situlah muncul sebutan Gladak Perak atau Jembatan Perak.

Dari arah Lumajang, di sisi kiri jalan terhampar pemandangan lembah sungai hingga laut selatan. Di sepanjang perjalanan, ada 15 pondok bambu yang menjajakan makanan dan minuman.



Di sebuah puncak bukit, titik tertinggi di jalur jalan ini, terdapat tempat yang dinamakan Piket Nol. Di sana ada sejumlah pondok bambu untuk beristirahat.

Menurut masyarakat sekitar, tempat itu dinamakan Piket Nol karena pada zaman penjajahan Belanda, ada pos pemeriksaan kendaraan pengangkut hasil bumi dan hutan di tempat itu.

Muatan kendaraan diperiksa dan ditarik retribusi. Namun, setiap kali ada pemeriksaan oleh pejabat Pemerintah Belanda, petugas piket jaga di pos itu tidak pernah ada. Maka, muncul sebutan Piket Nol.

Dari hutan wisata di atas bukit ini, tersaji pemandangan bentang alam kawasan pantai di selatan dan puncak Semeru yang gagah di utara.

Setelah cukup beristirahat, perjalanan bisa dilanjutkan menuruni perbukitan. Dibutuhkan waktu tiga jam untuk mencapai Malang dan sekitar dua jam menuju Lumajang.

Sebaiknya berhati-hati melewati jalur ini karena banyak kelokan tajam. Stasiun pengisian bahan bakar hanya bisa ditemukan di Lumajang dan Pronojiwo, sekitar 9,5 kilometer arah barat Piket Nol.


diseberang jembatan, dimana ada spanduk, disitu ada Piket Nol. pemandangan indah sekaligus menyedihkan karena sejarahnya.
setelah perjalanan santai, disambi foto-foto dimana ada obyek menarik, diselingi kebelet pipis, didalam mobil maen tebak tebakan dan ngisi tts, berhenti dulu untuk makan siang di pusat kota Jember. udara panas menyerbu begitu keluar dari mobil. kaki kaki yang pegel mulai nyut nyutan. tetapi masih semangat sekaligus penasaran dengan tujuan berikutnya. menyenangkan sekali bepergian ke beberapa tempat untuk pertama kalinya untuk seluruh anggota grup. 
setelah kenyang, tentu saja sepaket sama ngantuk dan mending tidur sebisanya supaya energi untuk pendakian bisa terkumpul pada waktunya. kalau pose yang ini masih sopan, di barisan paling belakang, sudah lebih g keruan lagi tuh. rambut yang diuwel uwel keatas karena puanas. sweater cemilan dan logistik lain yang untel untelan, disambi nginjek sampah dibawah :D
 sisa perjalanan menuju arabica guest house, tempat selonjor sebelum menaklukkan ijen, adalah hutan pinus, perkebunan kopi dan atau perkebunan cokelat. beberapa dimiliki oleh pemerintah dan beberapa oleh swasta. sungguh aneh kalau segitu banyak perkebunan di negara ini, tetapi masih ada impor cokelat atau kopi, bukan?
halaman belakang guest house yang luas bersambung dengan pabrik pengolahan kopi. masih tercium sayup sayup wangi kopi yang sedang dipanggang. karena sampai disana sudah maghrib. yang dipikirkan adalah segera sholat, mandi, makan, menyiapkan perbekalan, dan segera tidur sepulas pulasnya. saat makan saya berdiskusi dengan tour. apakah akan mendaki besok pagi setelah sarapan atau dini hari. kalau besok paginya, hanya akan melihat kawah dan kepulan asap berbonus bau belerang yang menyengat. ditambah pendakian akan jauh terasa lebih berat akibat panas. kemudian tak putuskan untuk mendaki dini hari. sehingga bisa mengurangi beban penderitaan mendaki sambil kepanasan, bau belerang menyengat, tetapi bertemu dengan fenomena blue fire diatas sana. jadi segera deh, tak teriakin anggota grup untuk menyiapkan berlapis lapis baju, air minum, minum vitamin, cemilan tinggi kalori, dan segera tidur. jangan lupa nyalakan alarm supaya tidak terlambat bangun. jadi deh, setiap anggota grup --- kaya' ada banyak ya --- langsung terbirit birit. padahal yang satu ada yang masih selonjor tidak berdaya. katanya kakinya sakiiiit. rendam air panas dan posisikan lebih tinggi dari pinggul di tempat tidur.
 peta yang nemplok di dinding ruang makan di guest house. tetangga kamar adalah orang asing, wanita, yang sudah berusaha naik ke kawah dua kali. mengingat jarak guest house dengan pos ijen adalah sekian belas kilometer, hebat sekali perjuangannya kesana dengan menumpang ojeg!!!
 dari peta terlihat sebenarnya ada beberapa penginapan lain yang ada disekitar pendakian ke kawah gunung ijen. tour milih arabica karena tempatnya lebih bagus dan tidak terpencil. sepi sih sama sepinya kali ya. meskipun sekarang sedang liburan sekolah.
 jam 1 dini hari semua tak bangunkan termasuk nge ping tournya yang kamarnya sedikit jauh dari kami. sambil siap-siap, nyemilin biskuit dan minum susu. perbekalan lain sudah siap di ransel masing masing. setelah sekitar setengah jam di mobil, sampai di pos terakhir dimana mulai jalan kaki mendaki. begitu keluar dari mobil, brrrr langsung berasa masuk kulkas suhu 15 derajat celcius. sayang g nyatet. pokoke dingin banget. jadi deh, pakai baju dalam , kaos dalam, t shirt, tank top, t shirt lengan panjang, sweater, dan jaket dipakai sekaligus. masih tambah legging dibalik celana panjang. tidak lupa kaos tangan dan kaos kaki. eh, ditambah masker sebab selain berdebu juga mungkin belerang akan berbau menyengat. let's go!
 
foto dulu dong, tim juara kita wkwkwk

 itulah jam tepatnya kami sampai di bibir kawah ijen. disana ada papan pengumuman bahwa turun kebawah dengan jalan terjal itu, terlarang karena jelas berbahaya. apalagi bawa anak anak. jadi cukup menikmati dari kejauhan saja. lagipula, dengkul yang gemeteran ini susah sekali diatur. pengennya ambruk nggelosor aja. diitung itung, tepat 2 jam start dari pos sampai ke bibir kawah. lumayan untuk ukuran amatiran pecinta alam plus ada anggota dibawah umur. sampai setengah pendakian masih semangat jalan sendiri dan maunya didepan sendiri. kemudian ampun menyerah dengan nggelosor. dibelakang ada penambang belerang yang berangkat kerja. akhirnya tak minta untuk menggendong anakku sampai di tujuan. didampingi dengan tour, si penambang berjalan cepat meninggalkan sisa grup yang kakinya terasa seperti lekat dengan tanah g bisa diangkat. apalagi saya yang sejak malam baru berasa pegel linu keju kemeng. bahkan perlu bantuan untuk ganti celana panjang. dengkulku g bisa ditekuk. wkwkwk 
demi keselamatan dan rasa romantis. aku minta gandeng suamiku saja sepupu gandengan dengan anak asuhku. tour satu lagi dibarisan terakhir. anak asuhku sempat pucat pasi dan sulit bernafas. wajar siy, namanya naik gunung. makin tinggi makin tipis oksigen sehingga sulit bernafas. jadi musti belajar bernafas pelan pelan supaya tidak sesak. selonjor, minum air putih dulu, nyemilin biskuit dan permen baru lanjut lagi. 
anakku yang lebih dulu sampai rupanya tidak kuat menahan dingin. kaos kaki didobel, papanya ngalah melepas jaket dan dirangkap ditambah syal dari tour leadernya. pak penambang belerangnya baik hati dan menaruh iba dengan kondisi anakku. dia keliling keliling nyari ranting atau apa saja yang kering dan mudah terbakar. kemudian anakku dicarikan tempat di ceruk karang yang terlindung dari angin. dia membuat api unggun dan anakku nyempil disitu sampai terang. 
inilah fenomena blue fire yang membuat kita musti bangun jam 1 pagi dan berjalan di gelap dan dingin malam. eh, salah, tepat saat itu adalah bulan purnama ding. entah siapa yang memberitahu, pada saat bulan purnama, apalagi di gunung, udara akan menjadi lebih dingin. persis sama saat dulu sma naik ke gunung merapi. blue fire ini bisa merebus telur katanya. 

 

Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di daerah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini mempunyai ketinggian 2.443 m dan telah empat kali meletus (1796, 1817, 1913, dan 1936). Untuk mendaki ke gunung ini bisa berangkat dari Bondowoso ataupun dari Banyuwangi.
setelah bosan menikmati pemandangan, capek akting untuk beraneka pose foto, mulai terasa lapar, kebelet pipis yang sekian kalinya, jalan pulang deg. jalan turun gunung. dan ternyata turun pun tak semudah kuduga. dengkul masih gemeteran juga tuh. karena sudah terang, pemandangan yang tersibak dari kegelapan, tidak terlukiskan indahnya. mengingat ada beberapa kamera, tidak ada yang cukup antusias untuk memotret dengan lebih baik. plus tak ada tripod. dengan gemeteran mana bisa ngambil foto yang bagus?