if only you are not an indonesian ...

Sunday, October 23, 2016

BIRTHDAY TRIP MAY 2016 : the amazing ANGKOR WAT

 
umumnya wisatawan mengunjungi angkor wat pada sore hari menjelang matahari terbenam atau saat matahari terbit. kami tidak melakukan keduanya. terlalu lelah untuk bangun dini hari dan memang sejak awal mengikuti jadwal dari syafei, supir tuk tuk. kalau ingin mengunjungi angkor menjelang matahari terbit, gelap gulita atau sehari sebelumnya sudah membeli tiketnya. terasa merepotkan sebab dini hari alias sebelum shubuh sudah keluar, kami memikirkan dimana dan bagaimana kami menjalankan sholat shubuh. kebayang ribet banget.

tetapi dengan ponakan syafei sebagai supir tuk tuk, sebenarnya masalah ibadah ini menjadi hal mudah sebab dia juga muslim. dia tahu dimana menemukan air dan dimana kami bisa mendapatkan air untuk wudlu. sayangnya kami mengetahui hal ini setelah berkenalan. tidak sebelumnya saat bertukar email. 


kami berangkat menjelajah angkor setelah sarapan pagi. dalam perjalanan kami membeli tiket dulu. dari beberapa blog disebutkan antrian tiket. ternyata tidak lagi. mungkin karena kami tidak pergi kesana saat peak hours.

tempat kami membeli tiket sepertinya gedung pemerintahan baru. untuk anak dibawah 10 tahun tidak dikenakan biaya. tetapi kami semua harus menunjukkan paspor. tiket ada yang berlaku sehari, 3 hari, ada juga yang 7 hari. tadinya saya pikir buat apa tinggal disini memandangi angkor wat selama 3 apalagi 7 hari? ternyata setelah sampai disana, saya memahami dan menyesali hanya membeli tiket untuk 1 hari.
ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi selama mengunjungi angkor wat. yang paling penting intinya adalah demi kelestarian angkor wat itu sendiri. angkor wat menurut saya adalah jejak kerajaan khmer merah pada zaman keemasannya di masa lalu. hampir 1000 tahun yang lalu. berkat teknologi masa kini yang canggih, para ahli dibidangnya berhasil memetakan luas dan bentuk kasar kerajaan ini. dan sampai hari kami berada disana, proyek restorasi masih terus berlangsung. dikerjakan dengan kerja sama beberapa negara sekaligus. 
kalau candi besar selama ini yang dikenal adalah candi borobudur, maka itu hanya sebagian kecil saja. candi borobudur adalah rumah ibadah sedangkan angkor wat adalah kerajaan. terdiri dari beberapa kompleks candi yang besar besar. 
beruntung sekali saat di hotel, semalam sebelumnya, kami menonton film mengenai siem reap pada umumnya dan angkor wat pada khususnya. tetapi masih menjadi misteri mengapa kerajaan sebesar dan semakmur ini menghilangd ari peradaban. ditelan hutan rimba. dengan pengantar film dokumenter ini, kami lebih bisa menikmati kemegahan angkor wat sekaligus menyesali hanya tinggal sehari saja disana. 
 baru sampai ditepian "waduk" yang menjaga angkor wat tetap tegak berdiri ini, kami sudah terpesona. air didalam waduk ini yang mengelilingi angkor wat, bukan berfungsi sebagai hiasan saja. tetapi menjaga keseimbangan sehingga angkor ini tetap berdiri. meski kelihatan sangat megah dan terbukti bertahan ratusan tahun, tidak seluruh bagian angkor dan candi lainnya terbuat dari batu. ada bagian bagian yang terbuat dari batu yang berpori pori seperti rumah rayap. batu berpori ini diperoleh dari gunung yang tidak terlalu jauh dari angkor wat. 
sulit dilukiskan dengan kata kata bagaimana kemegahan angkor wat ini ...
 gate ini terbuat dari potongan batu yang tidak nampak apa yang menjadi perekatnya. semata mata berasal dari kecanggihan cara menyusunnya. terbayang berapa ribu orang yang dikerahkan untuk membangun angkor wat ini. apalagi belum ada excavator atau buldozer atau crane untuk mengerjakan struktur raksasa semacam ini.
kolam ini yang berada disamping ditanami teratai dan banyak burung jalak yang bebas beterbangan disana. disamping kolam ini banyak penjual makanan, minuman, suvenir, dan baju baju bergambar angkor.
struktur semacam ini akan banyak ditemui di hotel dan bandara di siem reap. salahsatu ciri khusus yang ada di angkor.

 tangga dari papan kayu ini sengaja dibangun untuk pijakan pengunjung mengingat struktur aslinya sudah rapuh. meski begitu sebaiknya tetap berhati hati dan bersikap sopan disana. selain candi ini sudah berumur ratusan tahun, dimana banyak bagiannya masih dalam proses restorasi, candi ini adalah rumah ibadah, sekarang ini digunakan ibadah penganut agama buddha. panjang ceritanya bagaimana tipikal candi hindu yang umumnya berbentuk langsing, tinggi, dan mengerucut ini menjadi buddha.
 pada dinding dinding ini sepertinya dulu ada relief relief yang berkisah seperti umumnya yang ada di candi candi seperti ini. pada bagian yang telah direstorasi, entah bagaimana para ahli itu bisa menemukan, kelihatan lebih rumit dan lebih detil. 
beberapa bagian menceritakan kisah ramayana. banyak ukiran monyet yang menolong rama membebaskan shinta dari sekapan rahwana. dari sini, terlihat bahwa memang nyaris seluruh asia memiliki akar yang sama. 
dari bentuk, kerumitan, dan asal usulnya, sejarah disini, di siem reap ini, jauh lebih tua dibanding di ayutthaya, dibanding di indonesia. kita masih jauh terbelakang. pada tahun yang sama, siem reap bisa sejajar dengan los angeles atau london. dari segi jumlah penduduk dan tingkat kemakmurannya.

 salahsatu yang terbesar adalah bagian ini. tertinggi. berada ditengah tengah. merupakan bagian paling suci sebagai hmm apa namanya ya ... surga di bumi. kalau ingin naik keatas candi ini, diharuskan berpakaian sopan dan meminta pass pada petugas yang berjaga dibawah. untuk satu waktu dibatasi hanya sejumlah pass. kalau ada yang sudah turun, pass dikembalikan dan digunakan oleh pengunjung  berikutnya. 
 setelah berpanas panas dan naik naik candi di ayutthaya, energi saya habis dan tidak tertarik untuk melihat keatas. entah berapa puluh anak tangga yang lumayan curam. jadi papa saja yang menpatkan bagan pass ini dan saya menerima foto foto saja.
menurut film ini, didalam bakan ini, ada satu titik yang pada saat tepat matahari berada diatas kepala, sinarnya akan menerangi seluruh bagian dan memantul ke bagian yang lain.
Angkor
http://whc.unesco.org/en/list/668
Angkor is one of the most important archaeological sites in South-East Asia. Stretching over some 400 km2, including forested area, Angkor Archaeological Park contains the magnificent remains of the different capitals of the Khmer Empire, from the 9th to the 15th century. They include the famous Temple of Angkor Wat and, at Angkor Thom, the Bayon Temple with its countless sculptural decorations. UNESCO has set up a wide-ranging programme to safeguard this symbolic site and its surroundings.


Outstanding Universal Value
Brief synthesis
Angkor, in Cambodia’s northern province of Siem Reap, is one of the most important archaeological sites of Southeast Asia. It extends over approximately 400 square kilometres and consists of scores of temples, hydraulic structures (basins, dykes, reservoirs, canals) as well as communication routes. For several centuries Angkor, was the centre of the Khmer Kingdom. With impressive monuments, several different ancient urban plans and large water reservoirs, the site is a unique concentration of features testifying to an exceptional civilization. Temples such as Angkor Wat, the Bayon, Preah Khan and Ta Prohm, exemplars of Khmer architecture, are closely linked to their geographical context as well as being imbued with symbolic significance. The architecture and layout of the successive capitals bear witness to a high level of social order and ranking within the Khmer Empire. Angkor is therefore a major site exemplifying cultural, religious and symbolic values, as well as containing high architectural, archaeological and artistic significance.
The park is inhabited, and many villages, some of whom the ancestors are dating back to the Angkor period are scattered throughout the park. The population practices agriculture and more specifically rice cultivation.
Criterion (i): The Angkor complex represents the entire range of Khmer art from the 9th to the 14th centuries, and includes a number of indisputable artistic masterpieces (e.g. Angkor Wat, the Bayon, Banteay Srei).
Criterion (ii): The influence of Khmer art as developed at Angkor was a profound one over much of South-east Asia and played a fundamental role in its distinctive evolution.
Criterion (iii): The Khmer Empire of the 9th-14th centuries encompassed much of South-east Asia and played a formative role in the political and cultural development of the region. All that remains of that civilization is its rich heritage of cult structures in brick and stone.
Criterion (iv): Khmer architecture evolved largely from that of the Indian sub-continent, from which it soon became clearly distinct as it developed its own special characteristics, some independently evolved and others acquired from neighboring cultural traditions. The result was a new artistic horizon in oriental art and architecture.
Integrity
The Angkor complex encompasses all major architectural buildings and hydrological engineering systems from the Khmer period and most of these “barays” and canals still exist today. All the individual aspects illustrate the intactness of the site very much reflecting the splendor of the cities that once were. The site integrity however, is put under dual pressures:
  1. endogenous: exerted by more than 100,000 inhabitants distributed over 112 historic settlements scattered over the site, who constantly try to expand their dwelling areas;
  2. exogenous: related to the proximity of the town of Siem Reap, the seat of the province and a tourism hub.
Authenticity
Previous conservation and restoration works at Angkor between 1907 and 1992, especially by the École Française d’Extrême-Orient (EFEO), the Archaeological Survey of India, the Polish conservation body PKZ, and the World Monuments Fund have had no significant impact on the overall authenticity of the monuments that make up the Angkor complex and do not obtrude upon the overall impression gained from individual monuments.
Protection and management requirements
The property is legally protected by the Royal Decree on the Zoning of the Region of Siem Reap/Angkor adopted on 28 May 1994 and the Law on the protection of the natural and cultural heritage promulgated on 25 January 1996, the Royal Decree on the creation of the APSARA National Authority (Authority for the protection of the site and the management of the Angkor Region) adopted on 19 February 1995, the No. 70 SSR government Decision, dated 16 September 2004 providing for land‐use in the Angkor Park: “All lands located in zone 1 and 2 of the Angkor site are State properties”, and the sub-decree No. 50 ANK/BK on the organisation and functioning of the APSARA National Authority adopted on 9 May 2008, specifically provided for the establishment of a Department of Land‐use and Habitat Management in the Angkor Park.
In order to strengthen and to clarify the ownership and building codes in the protected zones 1 and 2, boundary posts have been put in 2004 and 2009 and the action was completed in 2012.
As off 1993, the ICC-Angkor (International Coordinating Committee for the Safeguarding and Development of the historic site of Angkor) created on 13 October 1993, ensures the coordination of the successive scientific, restoration and conservation related projects, executed by the Royal Cambodian Government and its international partners. It ensures the consistency of the various projects, and defines, when necessary, technical and financial standards and calls the attention of all the concerned parties when required. It also contributes to the overall management of the property and its sustainable development.
The successful conservation of the property by the APSARA National Authority, monitored by the ICC-Angkor, was crowned by the removal of the property from the World Heritage List in danger in 2004.
Angkor is one of the largest archaeological sites in operation in the world. Tourism represents an enormous economic potential but it can also generate irreparable destructions of the tangible as well as intangible cultural heritage. Many research projects have been undertaken, since the international safeguarding program was first launched in 1993.The scientific objectives of the research (e.g. anthropological studies on socio-economic conditions) result in a better knowledge and understanding of the history of the site, and its inhabitants that constitute a rich exceptional legacy of the intangible heritage. The purpose is to associate the “intangible culture” to the enhancement of the monuments in order to sensitize the local population to the importance and necessity of its protection and preservation and assist in the development of the site as Angkor is a living heritage site where Khmer people in general, but especially the local population, are known to be particularly conservative with respect to ancestral traditions and where they adhere to a great number of archaic cultural practices that have disappeared elsewhere. The inhabitants venerate the temple deities and organize ceremonies and rituals in their honor, involving prayers, traditional music and dance. Moreover, the Angkor Archaeological Park is very rich in medicinal plants, used by the local population for treatment of diseases. The plants are prepared and then brought to different temple sites for blessing by the gods. The Preah Khan temple is considered to have been a university of medicine and the NeakPoan an ancient hospital. These aspects of intangible heritage are further enriched by the traditional textile and basket weaving practices and palm sugar production, which all result in products that are being sold on local markets and to the tourists, thus contributing to the sustainable development and livelihood of the population living in and around the World Heritage site.
A Public Investigation Unit was created as « measure instrument » for identifying the needs, expectations and behaviors of visitors in order to set policies, monitor its evolution, prepare a flux management policy and promote the unknown sites.
The management of the Angkor Site, which is inhabited, also takes into consideration the population living in the property by associating them to the tourist economic growth in order to strive for sustainable development and poverty reduction.
Two major contributions supporting the APSARA National Authority in this matter are:
  1. The Angkor Management Plan (AMP) and Community Development Participation Project (CDPP), a bilateral cooperation with the Government of New Zealand. The AMP helps the APSARA National Authority to reorganize and strengthen the institutional aspects, and the CDPP prepares the land use map with an experimental participation of the communities and supports small projects related to tourist development in order to improve the income of villagers living in the protected zones;
  2. The Heritage Management Framework composed of a Tourism Management Plan and a Risk map on monuments and natural resources; a multilateral cooperation with the Government of Australia and UNESCO. Preliminary analytical and planning work for the management strategy will take into account the necessity to preserve the special atmosphere of Angkor. All decisions must guarantee physical, spiritual, and emotional accessibility to the site for the visitors.

Sunday, October 16, 2016

BIRTHDAY TRIP May 2016 : THE FACE OF SIEM REAP

 saya belum habis menjelajah indonesia. jadi tidak bisa menyebutkan mana yang lebih terbelakang. tahun 1993 - 1995 menjelajah sampai ke timur, kesimpulan sementara saya adalah semakin ke timur indonesiam semakin jauh kemajuan. kemudian beberapa waktu tinggal dekat dengan ibukota negara, tidak bisa menyebut kota yang saya tinggali sudah maju juga. masih jauh lebih maju kota tempat kelahiran saya. 
kemudian kesempatan membawa ke siem reap, cambodia, yang mengingakan saya tentang kekejaman khmer merah. tetapi sejujurnya saya tidak memahami peperangan disini. selain foto foto beberapa tempat yang dipenuhi dengan gunungan tengkorak kepala manusia yang dibunuh pada masa pol pot. cambodia mengingatkan juga tentang banyaknya ranjau ranjau yang memakan ribuan korban sehingga ada satu wilayah yang menjadi sentra pembuatan protese. 
belakangan cambodia mengenalkan pada kemisteriusan angkor wat. yang terkenal dalam salahsatu film angelina jolie. saya tidak menonton filmnya. hanya melihat dari koran dan majalah foto foto scene dalam film tersebut. dengan background reruntuhan candi dibelit pohon raksasa.
yang terakhir inilah yang menarik saya untuk mengunjungi cambodia.
 pada awal riset untuk liburan ini, saya mencatat baik baik cara mencapai siem reap dengan menggunakan bus malam dari bangkok. setelah ditelaah lagi, kami mengkhawatirkan proses imigrasi di perbatasan poipet. 
dari bangkok menuju siem reap bisa ditempuh dengan bus yang dioperasikan kedua negara tersebut untuk kenyamanan turis. sebab melintasi perbatasan antara thailand dan cambodia bisa dibilang masih rawan. berbeda dengan perbatasan thailand dan malaysia. bus ini memakan waktu sekitar 8 - 10 jam kalau tidak salah. lengkap dengan proses imigrasi. 
selain bus ada kereta. tetapi kereta ini sambung dengan bus dan ojek juga, di perbatasan. masih ada scam diperbatasan.
demi menghindari kesulitan, menciut nyali, akhirnya memutuskan naik pesawat saja dari bangkok ke siem reap hanya 1 jam lebih sedikit.karena mata uang di siem reap ada 2 macam, kyat dan dolar, kami memutuskan membawa bekal dari bangkok. khawatir kaget dengan penggunaan dolar amerika disana. dolar amerika di siem reap dekil dekil. kadang bercampur dengan kyat juga. saya bingung menghitungnya.
1 kilogram ubi didalam foto diatas harganya 1 dolar amerika. muahaaaaaaaall bangeeeeet kaaaan ... bayangin aja 13 ribu buat sekilo ubi. disini paling paling 3 ribu rupiah saja. yang menarik adalah ubi itu masih panas dan dijajakan keliling kota. rasanya disini saya sudah jarang sekali melihat ada orang menjajakan ubi rebus. wow.
 ini adalah foto transportasi utama di siem reap. tuk tuk. beda dengan tuk tuk di bangkok kan. ini motor menarik delman. foto ini saya ambil disamping restoran yang langsung jadi favorit diantara 3 restoran halal yang saya coba disana. masakannya segar dan enak. pemiliknya bisa berbahasa melayu dan katanya dia belajar masakan melayu baik indonesia atau malaysia dari internet. karena menikah dengan perempuan setempat sehingga keluarganya menjadi muslim mengikuti sang ayah. 
karena masakan enak dan pelayanan ramah, makanya tidak heran restoran ini ramai dengan pengunjung muslim. bahkan malam terakhir kami makan malam disana, ada serombongan pengunjung dari indonesia atau jakarta tepatnya yang makan dimeja sebelah kami. mereka diantar mobil bagus dengan label hotel mewah di body mobilnya.
 dimana mana terlihat siem reap membangun. entah itu hotel atau perumahan. banyak iklan menjual kapling kapling siap bangun. disana sini terlihat sesuatu yang bertolak belakang. misalnya saja tata letak atau tata ruang kota yang belum rapi di pinggiran. sekolah sekolah yang mengundang relawan untuk mengajar atau sekadar berbagai pengalaman. 
tetapi hebatnya kota ini memiliki hard rock cafe dan dimana mana terlihat banyak turis kaukasia menyangklong ransel setinggi gunung. mereka terlihat dimana mana. menjelang pesawat kami pulang, sempat mengobrol dengan seorang pria yang membawa alat musik. kelihatannya gitar yang akan pulang ke ukraina. dia sudah 3 bulan dikontrak main musik di beberapa tempat. hard rock cafe diantaranya. ukraina? really? jauh sekaleeeee ...
 senang sekali saya bertemu sesuatu yang tradisional yang lokal seperti ini. karena seharian kami berkeliling dengan tuk tuk, kami bisa banyak melihat kehidupan lokal disana. tentu dibalik masker, topi, dan kacamata hitam :D

WAR REMNANT MUSEUM

Address: 855 Phum Mondoul III, Sangkat Slorkram Siem Reap, Cambodia, Siem Reap 17259, Cambodia
Phone Number: 855012241120

 selama disana kami menyewa tuk tuk yang direkomedasikan komunitas backpacker dunia dan juga tripadvisor. saking larisnya, dia lupa booking mana yang kebih dulu. akibatnya kami dilimpahkan kepada keponakannya, yang membuat komunikasi menjadi lebih sulit sebab hanya memahami sedikit bahasa melayu. tidak bahasa inggris. ampun dah. syafei, sopir tuk tuk yang sudah bertukar email dengan saya beberapa minggu sebelumnya, maaf maaf menunduk nunduk. karena kesalahannya jadi ada 2 booking pada hari dan tanggal yang sama.sa sayangnya saya terlalu lelah untuk memusingkan. 
ditambah lagi, driver penggantinya tampak baik sopan dan muslim juga. ya sudah. mari kita lanjutkan jalan jalan kita kali ini.
hari kedua disana atau hari pertama jalan jalan kami berencana menjelajahi angkor wat. cerita ini akan terpisah sebab ternyata angkor wat adalah kompleks besar. satu kota yang megah pada jamannya. 

hari ketiga atau kedua, kami keliling kota melihat lihat obyek wisata yang lain. diantaranya war remnant museum, the killing field, silk farm, dan cambodia cultural village.

 disini kita diingatkan kerugian yang ditimbulkan oleh perang. setelah membayar US$5 kalau tidak salah, kami memasuki areal yang mirop sekali dengan kompleks militer di indonesia. banyak pohon besar dan tanaman yang terawat rapi. kenyataannya museum ini memang menyatu dengan komplek militer siem reap. hanya saja menghadap ke sisi jalan yang lain. sehingga kita tidak akan kesasar masuk markas militer.
 kukira awalnya seperti museum lain isinya tank atau pesawat tua. tetapi disini kelihatan lebih otentik. manajer museum atau kuratornya sedang sarapan ketika kami tiba. dan mempersilakan kami masuk dengan ramah. sambil menunjukkan bahwa kami bisa mendapatkan guide secara gratis. 
rupanya guide ini adalah cara museum untuk memberi lapangan pekerjaan bagi tentara korban perang. pada salah satu momen, diantara cerita cerita tentang benda benda yang digunakan saat perang, si guide menunjukkan bagaimana dia kehilangan sebelah kakinya dan menunjukkan protesenya dengan menyingkap celana panjangnya. 
untungnya, selain kami ada 3 turis kaukasia lain yang menyimak guide ini. ada helm, detonator, dan macam macam benda serupa. tetapi yang bikin merinding adalah baju baju seragam tentara yang terlihat lusuh dan ternoda darah disana, hiii ...
 paling depan ini kantor kurator atau manajer museum. berkat manajer yang terakhir ini, museum ini setiap hari ramai dikunjungi. dengan berbagai cara manajer ini berusaha membuat orang orang datang mengunjungi museum, termasuk meminta pengunjung memberi review di tripadvisor. dengan banyaknya pengunjung, maka makin baik kesejahteraan orang orang yang bekerja di museum. termasuk guide yang menggunakan protese.  
saya mengingat baik baik cerita jatuh bangunnya museum dan membuat review di tripadvisor begitu nyangkut dengan wifi di hotel. semoga makin banyak yang berkunjung kesana sehingga makin banyak tentara yang terluka karena perang, bisa bekerja disana.
 selama di museum saya mengikuti setapak paving block disana. tidak ingin menginjak rumput. khawatir menginjak ranjau :p
 diatas adalah sejarah perubahan bendera cambodia yang berganti ganti karena berganti pemerintahan. ada juga tulisan diatas yang menceritakan pol pot dan khmer merah. rupanya pak pol pot ini semcam genius dari cambodia yang mengenyam pendidikan tinggi di eropa, di perancis. tetapi mungkin suka melipir maen ke eropa timur dan ketemu dengan paham komunisme pada saat itu.
 guide ini disediakan gratis tetapi kalau mau memberi tips seikhlasnya, akan lebih baik.
SILK FARM
Chantiers-Ecoles, Stung Thmey Street, Krong Siem Reap 855500, Kamboja

dari war remnant museum kami lanjutkan ke silk farm. rupanya disini ada pembuat sutera cambodia. mereka memelihat ulat sutera dan memprose sehingga menjadi bahan sutera dengan berbagai kelas dan menjadi berbagai macam benda mulai pakaian sampai dompet. sayangnay saya lupa berapa tiket masuknya. 
dari poster dan penjelasan guide yang disediakan, silk
 farm ini didirikan atas bantuan pemerintah perancis sehingga beberapa hal dituliskan dalam 3 bahasa, inggris, cambodia dan perancis. memang nyaris seluruh kota yang sedang membangun ini, memanfaatkan bantuan dari negara negara sahabatnya.

 ini adalah 2 poster dari sekian banyak poster di area penerimaan tamu. saat itu gerimis dan guide dengan tergopoh gopoh mencarikan kami payung payung. selain kami ber3 ada satu pengunjung lain yang dengan segera bergabung dan berkenalan. gadis malaysia yang sedang solo backpacking.
  terlihat denah dari silk farm dan penjelasan singkat fungsi fungsinya.
 kami memulai tur dari bangunan panggung rendah dari kayu ini. untuk mengamankan ulat sutera dan lain lain dari semut dan serangga lainnya, setiap kaki bangunan direndam dalam air yang diberi anti serangga.
 disekitar silk farm mereka menanam murbei, yang daunnya dalah makanan lezat untuk ulat sutera, seperti yang ditunjukkan oleh guide kepada kami. meskipun disini, di indonesia, dibeberapa titik, pasti ada tempat seperti ini, tidak mengurangi antusiasme kami menyimak penjelasan guide.
 dalam bangunan tadi ada beberapa tampah dengan beraneka umur ulat. mereka masih hidup menggeliat geliat yang membuat kami geli dan merinding.
 di bangunan lain adalah proses selanjutnya setekah ulat menjadi kepompong. ternyata kepompong ulat sutera bisa diolah dalam beberapa lapis dan menjadi beberapa jenis sutera. makin dalam lapisan makin halus suteranya makin mahal harganya sebab prosesnya semakin lama dan semakin panjang.
dalam beberapa hal, bangunan ini, orang orang yang bekerja didalamnya yang mayoritas adalah perempuan, sangat mirip dengan indonesia sehingga sekilas lupa bahwa kami sedang berada di cambodia.
 kepompong ini direbus dalam air mendidih sambil ditarik tarik benang suteranya. kebayang si ibu ini setiap hari berpanas panas ria didepan panci besar merebus kepompong.
 kemudian dipintal, dibersihkan, dipisahkan benang sutera halus dan kasar, diwarnai, dipintal lagi, sebelum nanti ditenun menjadi kain.
 disini adalah tempat setelah menjadi benang sutera dalam berbagai klasisikasi. ditenun menjadi kain berbeda beda juga. dengan mesin yang berbeda beda. ada yang manual dan semi manual. tetap saja, perempuan adalah mayoritas disini.
 ini dalah satu gaun luar biasa yang terbuat dari berbagai proses dalam pembuatan kain sutera, konon telah dikenakan oleh lady gaga dalam salahsatu konsernya. pada bagian bawah gaun ditempelkan ratusan kepompong. selain gaun ini, ada beberapa macam pakaian adat yang menggunakan sutera yang digunakan dalam acara berbeda beda dan oleh kalangan yang berbeda beda juga. 
karena proses yang panjang, jelas yang mampu mengenakan pakaian dari sutera tentunya adalah kaum berada.
 dipenghujung tur kami diarahkan untuk masuk ke toko yang menjual beraneka benda dari sutera mulai serbet, sapu tangan, baju sampai dompet sari sutera. sayangnya tidak satu pun yang ada dalam jangkaun dompet saya. jelas jelas menyiratkan kalau toko ini hanya unutk kaum berada :D

THE KILLING FIELD, Wat Thmey, Siem Reap

 disini saya tidak begitu memahami apa yang menarik. tetapi tetap mampir sebab dekat dari hotel dan memang sejalur dengan tujuan city tour dan gratis. ada sebuah gedung semacam aula. saya tidak masuk kedalamnya sebab malas melepas sepatu padahal lantainya sebenarnya biasa saja. kelihatannya untuk menghormati para korban perang. 
dihalaman ada semacam altar dan ada tugu atau monumen yang berisi tumpukan tengkorak manusia. entah mengapa ada uang kertas dan uang logam diantaranya. di halaman ada berderet deret seperti majalah dinding berisi foto foto dan cerita perang semasa dipimpin oleh pol pot.
ini yang saya sebut dengan altar.
  ini ada didepan gerbang. sepertinya kantor pemerintahan yang masih digunakan. saya tidak bisa banyak menceritakan sebab tidak ada guide disini. adanya hanya majalah dinding dan panas menyengat membuat saya malas membaca satu persatu.

CAMBODIAN CULTURAL VILLAGE

Address: Airport Road # 6, Khum Svay Dang Kum | Krus Village, Siem Reap, Cambodia
Phone Number: 85563963098
 
 dari rekomendasi tripadvisor dan sopir tuk tuk, tur hari ini berakhir disini. katanya juara. setelah masuk kedalamnya yang ternyata luas, bisa dibilang tempat ini mirip dengan taman mini indonesia indah.
 tiket masuk disini diarahkan sopir tuk tuk untuk beli disalahsatu agen tur. entah kenapa saya tidak ingat untuk bertanya. tetapi setiba kami disana, saya lihat banyak juga yang langsung membeli disana. tidak ada antrean atau apapun. harganya juga sama. menurut saya tiketnya mahal tetapi ternyata tiket ini mencakup beberapa pertunjukan didalamnya. sayangnya karena kami terlalu lelah, kami tidak menonton seluruh pertunjukan.
 kuitansi yang diberikan oleh agen tur diganti tiket yang sebenarnya diloket termasuk jadwal pertunjukan. sebaiknya sesuaikan jam pertunjukan dengan jam kunjungan supaya bisa melihat seluruh pertunjukan. didalam area cukup luas tetapi ada banyak penunjang seperti restoran dan toilet.
 nah, ini ada peta keseluruhan area. cukup luas bukan? siapkan kaki yang kuat dan persediaan air minum yang banyak supaya tidak dehidrasi.
setelah museum museum dibagian depan, kami sampai di area ini ditengah panas terik. ada seperti mobil golf yang bisa disewa kalau kaki kaki terlalu lelah melangkah. 
 ini salahsatu pertunjukan yang kami tonton disana. nyaman sekali duduk sambil melihat pertunjukan. mengistirahatkan kaki. tempat duduknya hanya bangku bangku kayu biasa tanpa nomor tempat duduk. meskipun kami sedikit pun tidak memahami bahasa yang digunakan, kami mengandalkan bahasa tubuh, ekspresi dan musik yang menjadi pengiring pertunjukan. menarik dan menghibur.
 kalau di taman mini ada anjungan per propinsi, disini ada juga per daerah dan per etnis yang ada diseluruh cambodia bahkan sedikit tentang orang cambodia di amerika. entah mengapa disini, di siem reap, ada banyak sekali pohon dengan batang putih, akarnya panjang panjang, dan biasanya dibawahnya ada rumah rayapnya.
 di anjungan melayu, ada bangunan masjid ini yang menggambarkan agama apa saja yang dianut di cambodia ini. ternyata muslim melayu juga cukup banyak diseluruh cambodia. saat waktunya sholat ashar, papa mengelilingi masjid ini. siapa tahu dapat digunakan untuk sholat. tetapi meski terlihat cukup terawat, masjid ini hanya seperti setting saja, tidak ada sarana lain alias tidak pernah digunakan sebagai tempat ibadah yang sesungguhnya.
 pertunjukan lain di anjungan china. meskipun diselenggarakan di area terbuka, mereka melakukannya dengan serius. menggunakan kostum yang sesuai dan make up lengkap. beberapa orang yang sama melakukan tarian berbeda beda di anjungan berbeda beda juga.
tarian atau pertunjukan ini lebih mirip akrobatik atau trapeze seperti dalam sirkus. ada penari yang bisa melipat tubuhnya sampau tertekuk tekuk, bisa membawa macam macam piring, penari pria yang melakukan macam macam loncatan seperti bela diri, meloncati lingkaran api, dan gerakan gerakan ekstrem lain.