if only you are not an indonesian ...

Sunday, March 24, 2019

INCREDIBLE INDIA June 2018 : cinta selamanya untuk Mumtaz

 akhirnya pada hari berikutnya kami kembali menuju taj Mahal. kali ini lebih siap. malam sebelum tidur sudah menyiapkan baju cantik supaya foto foto di sana bisa bagus yang ternyata hanya impian saja. entah salah fotonya atau orangnya hahaha ...

sepanjang jalan menuju pintu gerbang, kami menemui banyak sekali binatang binatang yang seperti tidak pada tempatnya. mulai anjing, kucing, sapi, monyet, atau kuda. di sebelah kompleks Taj Mahal ini memang ada semacam hutan kota. yang terlihat juga dari jendela kamar guesthouse yang kami tempati selama di Agra. 

di sepanjang jalan seperti terlihat di foto ini, kiri kanan ada hotel, cafe, restoran, dan  toko suvenir. pada saat keluar dari taj, kami tidak melewati jalan ini lagi.
 papan diatas menunjukkan apa saja yang diizinkan dan yang tidak diizinkan dilakukan selama di dalam kompleks Taj Mahal. mengingat taj adalah situs sejarah yang sangat berharga, wajar saja, pemerintah India bersikap hati hati untuk menjaga kelestariannya.
 seperti di Jaipur, Agra atau mungkin seluruh bagian India, sapi adalah binatang yang disucikan dan tidak boleh dijadikan makanan. di mana mana berkeliaran sapi. kalau di jalan raya, seekor sapi melenggang, sopir akan tenang menunggu sampai si sapi jalan menyingir dengan sendirinya.
 setelah perjalanan panjang dari area luar kompleks, antri pemeriksaan tiket dan badan di depan gate, ini adalah pemandangan pertama yang terlihat. luas bersih dan besar. semuanya serba besar. banyak yang menyarankan untuk sampai di sini sebelum matahri terbit sehingga kompleks masih sepi dan foto foto bebas tanpa ada iklan lewat. 

tapi saya malas pagi pagi bersegera ke luar dari guesthouse. saya tidak keberatan kadang kadang atau malahs ering ada iklan lewat. sebab saya berat mencari sholat shubuh. menurut saya merepotkan sekali. memang di dalam Taj Mahal ada masjid tetapiiiiii ternyataaa masjidnya kotor sekali. seluruh lantai ada saja kotoran burung dari berbagai bentuk.
 sampai di ujung jalan, disebelah kanan ada gerbang ini yang merupakan gerbang utama masuk ke kompleks Taj Mahal. setelah masuk gerbang ini, masih ajalan lagi jauuuh lagi untuk masuk ke Taj Mahal. jadi siapkan kaki kaki yang kuat, sepatu yang nyaman, air mineral, topi, kaca mata hitam, dan mungkin sedikit biskuit untuk menjelajah. 

setelah melihat luas dan bagusnya makam ini, baru saya makluk mengapa harga tiketnya semahal itu.
 kami sampai di dalam sini masih cukup pagi. lihat matahari dan warna langitnya masih cantik. wajar kalau ada yang niat bersusah payah bangun pagi untuk sampai di sini.
 karena datang setelah terang, maka sulit mendapatkan foto yang bersih dari kerumunan. belum lagi lama sekali untuk antri mengambil foto di spot spot tertentu. sayangnya langit mendung dan pucat waktu itu. jadi sulit melihat kecantikan Taj yang terbuat dari marmer putih juga.
 foto ini adalah foto Taj diambil dari arah masjid di sisi kiri Taj Mahal. masjidnya luas dan ornamennya cantik juga. bentuknya mirip mirip dengan masjid masjid lain di Jaipur dan Fatehpur Sikri. sayang hanya penduduk asli India saja yang diizinkan sholat jumat di sini.
The Taj Mahal (/ˌtɑː məˈhɑːl, ˌtɑːʒ-/;[4] Hindi: ताज महल [taːdʒ ˈmɛːɦ(ə)l], meaning "Crown of the Palaces")[5] is an ivory-white marble mausoleum on the south bank of the Yamuna river in the Indian city of Agra. It was commissioned in 1632 by the Mughal emperor, Shah Jahan (reigned from 1628 to 1658), to house the tomb of his favourite wife, Mumtaz Mahal. It also houses the tomb of Shah Jahan, the builder. The tomb is the centerpiece of a 17-hectare (42-acre) complex, which includes a mosque and a guest house, and is set in formal gardens bounded on three sides by a crenellated wall.
Construction of the mausoleum was essentially completed in 1643 but work continued on other phases of the project for another 10 years. The Taj Mahal complex is believed to have been completed in its entirety in 1653 at a cost estimated at the time to be around 32 million rupees, which in 2015 would be approximately 52.8 billion rupees (U.S. $827 million). The construction project employed some 20,000 artisans under the guidance of a board of architects led by the court architect to the emperor, Ustad Ahmad Lahauri.
The Taj Mahal was designated as a UNESCO World Heritage Site in 1983 for being "the jewel of Muslim art in India and one of the universally admired masterpieces of the world's heritage". It is regarded by many as the best example of Mughal architecture and a symbol of India's rich history. The Taj Mahal attracts 7–8 million visitors a year and in 2007, it was declared a winner of the New7Wonders of the World (2000–2007) initiative. 

setelah lelah dan bosan berkeliling di Taj Mahal, kami keluar melalui gerbang yang berbeda. jalanannya indah tertata. kira kira satu kilometer dari sana, ada Agra Fort di mana raja yang membangun Taj Mahal dipenjarakan. sebenarnya tidak terlalu jauh untuk jalan kaki. tetapi udara panas membuat saya menyerah dan naik kereta kuda yang dihias cantik. 

tembok megah ini beberapa kali dilewati setiap kami keluar dari guesthouse di Agra. meskipun dari luar dan tampak foto terlihat megah dan cantik, jangan tertipu. sebab udara bulan juni sangat panas. bahkan untuk ukuran kita yang hidup di negara tropis. 
 
 gerbang ini adalah gerbang memasuki Agra Fort setelah membeli tiket di loket. seingat saya harga tiketnya INR 500 untuk dewasa dan gratis untuk anak anak dibawah 12 tahun. 
 
 
 Jahangir's Hauz (tank) A.D. 1610: This monolithic tank (hauz) was used for bathing. It is 5 feet high, 8 feet in diameter and 25 feet in circumference. On the external side of the rim there is an inscription in Persian which mentions it as 'Hauz-e-Jahangir'. It was first discovered near the courtyard of Akbar's palace. In A.D. 1843 and later it was placed in front of Diwan-e-Am. In 1862, it was shifted to public garden(Company Bagh) where it suffered much damage. Later, Sir John Marshall brought it back to Agra Fort and placed there. Due to this hauz, the palace became famous as Jahangiri Mahal though it is part of Akbar's Bengali mahal.
 https://en.wikipedia.org/wiki/Agra_Fort
 
 
tub ini yang menarik perhatian pertama kali saat masuk ke kompleks benteng. tidak terbayang air yang habis digunakan kalau sang raja mandi. dan sebesar apa rajanya dengan tub sedalam itu? berendam atau berenang di dalamnya?
 
 
 
Agra Fort is a historical fort in the city of Agra in India. It was the main residence of the emperors of the Mughal Dynasty until 1638, when the capital was shifted from Agra to Delhi. Before capture by the British, the last Indian rulers to have occupied it were the Marathas. In 1983, the Agra fort has been inscribed as UNESCO World Heritage site.[1] It is about 2.5 km northwest of its more famous sister monument, the Taj Mahal. The fort can be more accurately described as a walled city.
Agra Fort is the only fort in India where all early Mughal emperors lived. The Fort stands on an ancient site and was traditionally known as Badalgarh. It was captured by Ghaznavi for some time but in 15th century A.D. the Chahman Rajputs occupied it. Soon after Agra assumed the status of capital when Sikandar Lodi (A.D. 1487-1517) shifted his capital from Delhi and constructed few buildings in the pre-existing Fort at Agra. After the first battle of Panipat (A.D. 1526) Mughals captured the fort and ruled from here. In A.D. 1530, Humayun was crowned here. The Fort got its present look during the reign of Akbar (A.D. 1556-1605). 

 https://en.wikipedia.org/wiki/Agra_Fort

sepertinya dari jendela ini, sang raja menghabiskan hari hari terakhirnya setelah digulingkan dari tahta, sembari menatap makam almarhumah Mumtaz dari kejauhan.  beliau banyak beribadah di masjid dari marmer putih yang khusus dibangun di dalam kompleks Agra Fort ini.  sepertinya kisah cinta yang berakhir mengharukan kalau tidak boleh disebut tragis. seperti romeo dan juliet.

INCREDIBLE INDIA June 2018 : Tanda Cinta di Agra

India menurut saya identik dengan Taj Mahal. saya sendiri belum pernah benar benar mencari tahu, sebenarnya di mana persisnya letaknya. sampai akhirnya punya tiket ke India. dan ternyata India adalah negara yang besar dengan jumlah penduduk kira kira 3 kali lipat penduduk Indonesia. 
 
Taj Mahal ini terletak di kota Agra, negara bagian Uttar Pradesh. tiket masuk ke Taj ini cukup mahal. tetapi berbeda beda untuk setiap warga negara. pemegang paspor Indonesia dikenai INR 1000 untuk dewasa. sedangkan anak anak dibawah 12 tahun dibebaskan. jadi lumayan berhemat. 
 
tiket bisa dibeli online sebelum sampai di India dan hanya perlu diingat bahwa setiap hari jumat, Taj tutup karena digunakan untuk sholat jumat khusus untuk penduduk India.  saat idul adha konon free masuk ke Taj ini. 
 
kami membeli tiket masuk Taj justru setelah sampai di Agra. dan minta tolong kepada pemilik guesthouse untuk mencetak tiket. sampai di loket, tiket akan dicheck kemudian kami dikasih pembungkus sepatu dan sebotol air mineral. dengan membeli tiket secara online, kami menghemat waktu. sebab kalau membeli di lokasi langsung, kami berarti antri 2 kali. antri beli tiket kemudian antri masuk. 
 
dramanya adalah setelah sampai id depan pintu, tiket diperiksa, ternyata tanggal tiket kami bukan untuk hari atau pagi. tetapi utnuk keesokan harinya. kami tidak teliti membaca hasil print out sebab sudah malam dan jelas jelas saat membeli tiket kami sudah mengetikkan tanggal di hari yang kami mau. 
 
apa boleh buat, kami keluar dari antrian dan sambil jalan keluar yang lumayan jauh, kami mencari ganti tujuan lain hari itu. 
 
jadi, radius 1 km, kalau tidak salah, dari Taj Mahal, sudah tidak ada kendaraan bermotor yang diizinkan masuk atau mendekat. di udara musim panas yang bahkan sudah hampir 40 derajat di pagi hari ekitar jam 07.00 rasanya luar biasa. tetapi terdorong rasa ingin tahu, yah dijalani saja. 
 
karena itu, kami mencari taman yang konon bisa melihat Taj Mahal di seberang sungai Yamuna. setelah utak atik aplikasi kami sampai juga di taman yang dimaksud. namanya Mehtab Bagh. atau moonlight garden. kami bisa melihat Taj Mahal denga cukup jelas diseberang sungai.  
sayangnya musim panas sehingga sungainya mengering. dan ada petugas yang mencegah kami turun mendekat ke arah Taj.  
 

The Mehtab Bagh garden was the last of eleven Mughal-built gardens along the Yamuna opposite the Taj Mahal and the Agra Fort;[2] the first being Ram Bagh.[5] It is mentioned that this garden was built by Emperor Babur (d. 1530).[5] It is also noted that Emperor Shah Jahan had identified a site from the crescent-shaped, grass-covered floodplain across the Yamuna River as an ideal location for viewing the Taj Mahal. It was then created as "a moonlit pleasure garden called Mehtab Bagh." White plaster walkways, airy pavilions, pools and fountains were also created as part of the garden, with fruit trees and narcissus.[6] The garden was designed as an integral part of the Taj Mahal complex in the riverfront terrace pattern. Its width was identical to that of the rest of the Taj Mahal.[2] Legends attributed to the travelogue of the 17th century French traveler Jean Baptiste Tavernier mention Shah Jahan's wish to build a Black Taj Mahal for himself, as a twin to the Taj Mahal; however, this could not be achieved as he was imprisoned by his son Aurangzeb. This myth had been further fueled in 1871 by a British archaeologist, A.C.L. Carlleyle, who, while discovering the remnants of an old pond at the site had mistaken it for the foundation of the fabled structure.[2] Thus, Carlleyle became the first researcher to notice structural remains at the site, albeit blackened by moss and lichen.[4] Mehtab Bagh was later owned by Raja Man Singh Kacchawa of Amber, who also owned the land around the Taj Mahal[7]
Frequent floods and villagers extracting building materials nearly ruined the garden. Remaining structures within the garden were in a ruinous state. By the 1990s, the garden's existence was almost forgotten and it had degraded to little more than an enormous mound of sand, covered with wild vegetation and alluvial silt.[8][4]
 https://en.wikipedia.org/wiki/Mehtab_Bagh
 
 
setelah menjelajah di cuaca terik dan lembab, berkenalan dengan sesama pengunjung dari kota lain di India, kami memutuskan untuk melihat lihat tempat lain. entah kenapa, sulit sekali mendapatkan taxi online keluar dari mehtab bagh. mungkin jauh dari mana mana ya. akhirnya dapat juga dan kami menuju ke makam lain yang serupa dengan Taj Mahal. dikenal dengan sebutan Baby TAJ.
 
 


Tomb of I'timād-ud-Daulah (I'timād-ud-Daulah kā Maqbara) is a Mughal mausoleum in the city of Agra in the Indian state of Uttar Pradesh. Often described as a "jewel box", sometimes called the "Baby Taj", the tomb of I'timād-ud-Daulah is often regarded as a draft of the Taj Mahal.
Along with the main building, the structure consists of numerous outbuildings and gardens. The tomb, built between 1622 and 1628 represents a transition between the first phase of monumental Mughal architecture – primarily built from red sandstone with marble decorations, as in Humayun's Tomb in Delhi and Akbar's tomb in Sikandra – to its second phase, based on white marble and pietra dura inlay, most elegantly realized in the Taj Mahal.
The mausoleum was commissioned by Nur Jahan, the wife of Jahangir, for her father Mirzā Ghiyās Beg, originally a Persian Amir in exile,[1] who had been given the title of I'timād-ud-Daulah (pillar of the state). Mirzā Ghiyās Beg was also the grandfather of Mumtāz Mahāl (originally named Arjumand Bano, daughter of Asaf Khan), the wife of the emperor Shah Jahan, responsible for the construction of the Taj Mahal. Nur Jahan was also responsible for the construction of the Tomb of Jahangir in Lahore

https://en.wikipedia.org/wiki/Tomb_of_I%27tim%C4%81d-ud-Daulah


 jadi Baby Taj ini adalah makam dari kakek dan nenek Mumtaz Mahal. yaitu kakek Mirza Ghiyas dan nenek Asmat Begum.
 
 hiasan hiasan di dindingnya super cantik dan rumit. dibangun sebagai tanda cinta dari seorang putri kepada orangtuanya yang kebetuan wafat dalam jarak waktu yang tidak berjauhan. 
untuk masuk ke sini dikenai biaya dan diperiksa tasnya. saya lupa berapa harga tiketnya. tetapi jauh jauh lebih murah dibanding Taj Mahal tentunya. 
saya perhatikan di sekeliling makam ini ada rumpun melati yang samar samar tercium harum. melatinya berkelopak ganda. seingat saya, kalau di daerah saya, melati dengan kelopak ganda malah tidak wangi. sepertinya sesuai sekali, sepanjang jalan menuju pintu utama makam ditanami melati. 
kompleks makam ini juga tidak begitu besar dan bisa dibilang sepi dari pengunjung. sebenarnya agak serem sih. bagaimana pun juga ini adalah makam.