if only you are not an indonesian ...

Sunday, February 19, 2017

Ogimachi at SHIRAKAWA-GO

Ogimachi (荻町) is the largest village and main attraction of Shirakawa-go. Declared a UNESCO world heritage site in 1995, the village is home to several dozen well preserved gassho-zukuri farmhouses, some of which are more than 250 years old.
The farmhouses are quite amazing structures, designed to withstand the harsh winters while providing a place to work and live, and are best seen either covered in snow or surrounded by green fields. Many of the farmhouses are now restaurants, museums or minshuku, where you can stay overnight.
A number of farmhouses from the surrounding villages have been relocated to an open air museum across the river from the town center in an effort to save them from destruction. This museum along with the large concentration of farmhouses and attractions in town and the area's accessibility make Ogimachi the best place in Shirakawa-go and Gokayama to see gassho-zukuri farmhouses.



 setelah melihat lihat di desa suganuma, kami melanjutkan perjalanan ke shirakawa-go. obyek wisata utama disana adalah desa Ogimachi. saking menarik, bersejarah, antik dan tuanya dinyatakan sebagai unesco world heritage tahun 1995. desa ini hanya satu satunya di Jepang. jadi pemerintah Jepang benar benar menjaganya dengan baik. 
menurut guide sih sebenarnya disekitar sini ada banyak desa desa. tetapi karena ditenggelamkan untuk dibuat bendungan, yang tersisa hanya 3 desa ini. saya lupa mengapa pilihannya ditenggelamkan. mungkin untuk mengendalikan air juga. 


sebenarnya sejak di kyoto saya sudah melihat boneka monyet yang dirangkai dan digantung didepan pintu atau jendela. saya kira kira itu adalah boneka keberuntungan. guide kami menceritakan kisahnya dalam perjalanan menuju shirakawa-go. 

boneka itu namanya saru bobo. saru artinya monyet. bobo disini artinya baby atau bayi. warnanya berbeda beda tergantung keberuntungan yang diharapkan. apakah banyak uang, sukses pekerjaan, cinta, dan sebagainya. 

mengapa saru bobo tidak berwajah? karena wajahnya mengikuti wajah kita. kalau kita sedih, dia sedih. kalau gembira, dia gembira. 

 sebelum sampai dilapangan parkir ini, disebelah kiri jalan ada terminal. terminal bus yang digunakan bus atau transportasi umum lain yang menuju kesini. kemudian dari situ bisa jalan kaki ke desa ini. 
dari lapangan parkir kami menyeberang jembatan yang lebarnya tepat ukuran dewasa. sehingga petugas mengatur untuk kami jalan disalahsatu sisi untuk satu arah supaya nyaman. jembatan ini bergoyang goyang kalau langkah kita terlalu dihentakkan.
sebelumnya guide membagikan payung kepada kami sebab hujan saljunya makin deras. disatu sisi sangat romantis menikmati desa ini dalam siraman salju. di satu sisi agak gelap dan dingin. 
tetapi orang tetap berduyun duyun menuju kesini. masing masing tour membatasi durasi kunjungan. 
 saljunya kira kira ada yang sedalam 40cm. saya coba rebah buk empuk empuk saja. karena tidak kenal dengan areanya, sebaiknya berhati hati kalau jalan. bisa saja dibawahnya kolam atau saluran air tertutup salju. mungkin tidak tenggelam tapi brrrr ...
 saya bertanya tanya kalau gumpalan salju ini jatuh dan kena kepala, apa rasanya ya?
oh iyaaa ... sebelumnya kami sudah makan siang dulu. dan berfoto di observatory ini. melihat desa dari kejauhan. didalam restoran yang merangkap mini market ini, ada tanda larangan mengambil foto. padahal saya gemas sekali melihat pojok pojok cantiknya. termasuk toiletnya. guidenya berbaik hati memotret kami bertiga dengan latar belakang yang cantik.
jadi saya juga tidak bisa memgambil foto makan siang kami. nasinya berwarna ungu sebab dicampur dengan talas. kemudian ada kuah bening. ada ikan yang diasap tetapi rasanya manis enak dan empuk sampai ke duri durinya. ada beberapa potong tahu putih yang hambar rasanya. juga ada matcha hangat tawar. karena saya menghindari zat yang haram, saya hanya makan semuanya yang terlihat tidak dibumbui. karena menurut buku resep masakan jepang, yang haram adalah bumbu semacam sake atau arak beras yang dicampur dalam masakan. meskipun sudah dipanaskan, alkohol tetap ada sisa. 
diujung jembatan akan ada gapura tanda kami sudah memasuki desa ogimachi. kalau di desa suganuma hanya ada 9 rumah, disini ada 114 rumah yang beberapa diantaranya masih dihuni oleh pemiliknya. sebagian menjadi museum sebagian lagi menjadi toko toko suvenir juga cafe. 
saya membeli sandal titipan teman disalahsatu toko dan ternyata pemilik toko ini sudah pernah berkunjung ke candi borobudur. wow ...
 sekilas rumah rumah disini sama saja dengan di desa suganuma. tetapi sebenarnyan berbeda dari fungsi, dari peletakan pintu utama juga jendela. hujan salju semakin siang semakin deras. sulit membedakan apakah ini siang atau menjelang malam hari. ditambah dengan drama sepatu dan kaos kaki anakku yang basah. kami masuk sebentar ke salahsatu museum. akhirnya papa merelakan satu kaos kakinya. kemudian setelah berkaos kaki kering, dibungkus lagi dengan plastik, baru dipakai lagi bootsnya. 
sebenarnya boots ini tahan kalau hanya basah basah sedikit. tetapi sejak bertemu salju, anakku tidak tahan untuk menginjak injak dan menenggelamkan sepatunya kedalam salju bahkan salju yang mencair. jadi deh kakinya terasa sakit karena kedinginan. daripada kena frosbite ...
 lihat mobil mpv yang atapnya kena bersalju tebal. memang satu dua minggu sebelumnya, salju turun jauh lebih deras disini. sehingga saat pagi tiba, kedalaman salju sudah lebih dari 1 meter. akibatnya mbak guide menginap disini sampai salju bisa disingkirkan dari jalan dan hujan reda.
 salahsatu toko suvenir. sesekali kami masuk ke toko toko itu untuk sedikit menghangatkan badan. kelahiran daerah tropis, meski sudah dilapis 6 juga masih terasa kedinginan. 

ada olaaaaaf ... olaf ini ditengah tengah semacam lapangan atau halaman rumah. susah payah kami berusaha mencapai dan antri berfoto sambil kedinginan. hihihi ... 
ini adalah semcam kuil yang hanya ada 2 di jepang. yang satu lagi ada diperjalanan menuju kesini. sayang lupa apa namanya. didepan kuil ada lonceng besar. 

ramalannya reliable bukan? desa ogimachi minus 1 derajat real feel minus 10 derajat menurut saya. sampai kami pulang hujan saljunya makin deras. kalau hujan air kan ada suaranya. hujan salju sepi senyap. 
setelah hampir 2 jam kedinginan, saatnya kembali ke bus dan kembali ke takayama. nouhi bus tour ini memberi pilihan kepada kami yang ingin tinggal lebih lama disini, di ogimachi. kami dipersilakan mendaftar untuk meninggalkan rombongan. kemudian transportasi untuk kembali ke takayama, mereka akan mengganti dengan bus lain tanpa tambahan biaya. hebat kan. 
awalnya kami tertarik untuk tinggal dan menikmati illumination disini. tetapi setelah kedinginan dan hujan salju makin deras, kami memutuskan tetap sesuai jadwal dan kembali bersama rombongan. apalagi senin pagi kami sudah harus pulang.

Suganuma Village : old and beautiful village

demi rumah oshin, pagi pagi kami bersiap. karena jepang lebih awal 2 jam, jadi itu seharusnya jam 10.09 dengan suhu minus 4. diluar gerimis salju. kami mengenakan pakaian berlapis lapis. 
saya memakai 3 set legging dan manset, 2 diantaranya heattech uniqlo, ditambah kaos dalam dan rok dalaman. jadi 4 set dalaman. kemudian dilapis gaun terusan panjang. dilapis sweater fleece, jaket tipis panjang, dan parka yang akan saya pakai kalau masih kedinginan juga. kaos kaki lapis dua. salahsatunya kaos kaki wol tebal beli di tokyo. sarungtangan hadiah. 
sedangkan anakku memakai 2 set dalaman legging dan manset selain kaos dalam dan celana dalam biasa. dilapis dengan kaos lengan pendek dan celana panjang. diatasnya dilapis lagi dengan kaos lengan panjang. kemudian sweater fleece. jaket fleece. baru terakhir jaket windproof. 
oh ya. jaket windproof ini merk REI buatan lokal indonesia. sepanjang perjalanan kemarin terbukti aman dan nyaman digunakan. kalau hujan air gerimis atau salju tidak tembus kedalam. badan tetap kering. hangat juga. kaos kaki lapis 2 juga. boots tentu. 
si papa yang paling tahan dengan dingin. sebab hanya pakai 4 lapis saja. bahkan bagian kaki hanya satu lapis. tapi ngaku juga setelah di shirakawa memang dingiiin ... 
 dari toyama naik kereta ke takayama. dan keluar dari stasiun takayama, sudha terlihat nouhi bus disebelah kiri. waaaah .... saljuuuu ... ada saljuuuuuu ... dengan noraknya kami loncat loncat dan menginjak injak salju sambil jalan ke nouhi. si papa jaim jadi nyuruh kami cepat cepat ke markas nouhi itu untuk check tiket yang diterima email.
websitenya ada yang berbahasa inggris dan memberikan informasi yang lengkap. 
 cerah dan langit biru tetapi tetap saja suhunya minus. ternyata sudah banyak orang yang ada di markas nouhi ini. memiliki tujuan dan jam keberangkatan yang berbeda beda. tour kami ada 2 guide berbahasa inggris dan mandarin. 
 mungkin ini isinya jadwal tur ya. disebelahnya ada rak berisi macam macam brosur tur juga. sayangnya yang terbaru adalah tur untuk bulan desember.
 setelah memastikan jadwal dan tiket, kami menunggu sebentar di ruang tunggu yang hiruk pikuk dan sedikit basah ini.
 didalam juga ada mini market dan mini cafe. udara dingin membuat perut lebih cepat merasa lapar. oh ya. tur kami ini dimulai dan diakhiri di stasiun takayama. akan mengunjungi dua desa yaitu suganuma village dan shirakawa-go. diantaranya kami akan makan siang juga. setelah kami menanyakan apakah ada menu halal, mereka menjawab bahwa yang disajikan nanti adalah menu vegetarian.
 busnya bagus bagus dan nyaman. perjalanannya cukup jauh. kira kira hampir 2 jam. sepanjang perjalanan guide menceritakan apa yang akan kami kunjungi disana, sejarahnya, juga spot menarik sepanjang jalan. selain itu memberi tips juga do's and don'ts selama disana.
 kelihatannya rame ini tetapi sebenarnya tertib lho. karena orang datang keluar masuk. 
 guide membagikan peta desa suganuma kepada kami didalam bus. peta ada yang berbahasa mandarin dan inggris, selain bahasa jepang tentunya.
 lapangan parkir di suganuma village. begitu sampai kami sudah heboh foto foto padahal desanya masih beberapa ratus meter dibawah. sampai sampai untuk kembali kesini, mereka menyediakan jalan singkat berupa terowongan dan lift untuk kenyamanan. terutama musim dingin.
 guide ini yang berbahasa mandarin. 
 amazing view, yes?
alhamdulillah ya Allah ... masih diberi kesempatan untuk melihat pemandangan seindah ini.
 seperti dalam lukisan ...

Suganuma (菅沼), one of the main attractions of Gokayama, is made up of two areas, Suganuma Village and the Gokayama Gassho no Sato. Pleasant and easy to explore on foot, the two areas are connected to each other by a tunnel, which also connects to the parking lot on the hill overlooking the village via an elevator.
Suganuma Village and nine of its gassho-zukuri farmhouses, were designated a UNESCO world heritage site along with Ainokura and Ogimachi in 1995. A beautiful place to see gassho-zukuri farmhouses, the ones here have been well preserved and a few of them have become restaurants, minshuku, and museums showing the daily life and the washi paper and saltpeter industries that sustained the region.
 On the other end of the tunnel, the Gokayama Gassho no Sato has a number of traditional farmhouses which have been relocated here in order to save them from destruction. However no one lives in them these days; they are instead used by school groups who can stay overnight in the houses and experience activities from traditional Gokayama life.

Get There and Around

By bus

Suganuma is a stop along the bus route between Shirakawago and Shin-Takaoka Station on the JR Hokuriku Shinkansen (see timetable). The one way ride from Shirakawago to Suganuma takes 30 minutes and costs 860 yen. From Shin-Takaoka Station, it takes about 80 minutes and costs 1200 yen.
Alternatively, some buses along the bus route between Kanazawa and Shirakawago stop at Suganuma along the way (see timetable and fare details); however, it is only possible to board buses in direction of Kanazawa and get off buses in direction of Ogimachi, but not vice versa. Also, these buses do not serve Suganuma, at all, from December through March.
 disini ada beberapa museum.
1.   Saltpeter Museum

Hours: daily 9:00 to 16:00
Closed: December 29 to January 3
Admission: 210 yen (300 yen with Folk Museum)
Making saltpeter, an ingredient in gunpowder, was an important industry for the region during the Edo Period. This museum has exhibits on the procedures, tools and history of the industry in Gokayama.
2.  Folk Museum

Hours: daily 9:00 to 16:00
Closed: December 29 to January 3
Admission: 210 yen (300 yen with Saltpeter Museum)
This folk museum displays tools and household items used in daily life. Some of the exhibited items include tools used for farming, raising silkworms and making washi paper. 
3.  Gassho Cottages This collection of relocated gassho-zukuri farmhouses is now a place where school groups can stay overnight and participate in activities based on Gokayama traditional life. Although not aimed at the individual traveler, the area is open to everyone, and you are free to see the houses from the outside. 

kami tidak masuk satu pun sebab waktunya terbatas dan kami ingin melihat seluruh desa. karena terpesona dengan desa bersalju, dan tidak bisa jalan bergegas, waktu yang diberikan tepat untuk kembali ke rombongan.
 meskipun sebelumnya saya sudah membaca ada rumah rumah yang berbeda beda fungsi, setelah tertutup salju, saya malas juga mengidentifikasi. tetapi terbayang sulitnya hidup di area ini dimasa yang lalu. sebab jalan yang kami lewati untuk menuju ke desa ini dibangun selama 11 tahun. sepanjang 11 kilometer. banyak diantaranya adalah terowongan yang menembus perut gunung. sehingga dulu anak anak usia sekolah menengah atas harus pergi ke takayama untuk melanjutkan sekolah. 
 udara dingin minus ini tidak membekukan aliran sungai kecil ini. saya coba mencelupkan jari ke aliran ini. brrr ... kalau musim dingin tinggal disini, saya mungkin tidak akan pernah mandi sampai musim semi tiba.
 diantaranya ada juga toko suvenir dan disebelah kiri seingat saya juga ada toilet. huuu ... kena air bakalan dingiiiin ... 
 nah ini terowongan yang saya ceritakan diatas. desanya ada dibawah jalan raya. semacam lembah. kalau musim dingin bersalju, lumayan juga rasanya. kemudian dibuatkan jalan pintas ini lengkap ada lift diujungnya. hehehe ... very thoughtful japan. 
yang saya ingat dari penjelasan panjang guide diantaranya adalah bagaimana mereka membuat atao rumah ini supaya tahan di 4 musim. di foto terlihat tetesan air yang membeku runcing runcing. atap ini terbuat dari ikatan tebal seperti jerami. untuk mengganti satu sisi atap ini membutuhkan biaya minimal 10 juta rupiah yang biasanya penduduk akan beramai ramai saling membantu. karena mereka berada didaerah yang terpencil, mereka saling mengandalkan satu sama lain.

heading to snowy mountain in JAPAN

susah sekali ya, nyari penjahit yang menepati janjinya sendiri. bikin gondok gitu. padahal di awal sudah ditanya baik baik. 6 minggu sebelumnya. apakah bisa menjahit baju saya? apakah bisa selesai tanggal sekian? apakah bisa? setelah yakin bisa baru deal. ternyata menjelang harinya ada saja kesusahan yang menimpa si penjahit. mulai dari pegawainya sakit, satu lagi melahirkan, satu lagi tidak masuk, anaknya sakit, suaminya tidak mengizinkan lagi menjahit, dan lain lain. setelah si penjahit menjelaskan sebanyak itu, kok jadi saya yang merasa bersalah, karena dia harus nyuri nyuri menjahit saat suaminya tidak dirumah? mengapa saya merasa menjadi kriminalnya ya? saya tidak memaksanya menjahit. dia buka butik dan jauh hari sebelumnya sudah ditanyakan lebih dulu kesediaannya. 
 ini shinkansen menuju kanazawa. jadi setelah setengah puas bermain di universal studios di osaka, kami melanjutkan langkah mau melihat rumah oshin. dari sini bisa ditebak saya masuk angkatan tahun berapa. dulu TVRI memutar film seri judulnya OSHIN. mengisahkan tentang gadis kecil yang berasal dari keluarga miskin di jepang kira kira setting tahun 1950an. karena begitu miskin, bisa dibilang oshin ini dijual ditukar dengan sekarung beras oleh ayahnya. ibunya tidak mampu melakukan apapun untuk mencegah. selain mendoakan dan membekali oshin dengan ketrampilan rumah tangga. 
cerita ini tentu dari mata saya sebagai anak usia sekolah dasar. saya kira di youtube ada film lengkapnya. sebagian besar adegan dari film ini yang saya ingat terjadi di musim dingin dengan hujan salju yang lebat, langit mendung gelap, di perkampungan jauh di pelosok jepang. 
 jadi saya ingin mengunjungi desa itu. desa yang mirip di setting film oshin. katanya kalau sedang musim dingin, saljunya sangat tebal, sampai kadang kadang orang harus menginap disana. desanya sudah menjadi desa wisata meskipun masih ada rumahtangga atau penduduk lokal yang tinggal disitu. ada 3 desa disana yang menjadi unesco world heritage. kami akan mengunjungi salah dua dari desa tersebut.
 dari osaka kami menumpang shinkansen menuju kanazawa. kemudian ganti shinkansen lain ke toyama. dari toyama kami akan naik kereta lagi menuju takayama. dari takayama, untuk menuju desa desa tersebut, kami sudah memesan tour dari nouhi bus tour. hasil rekomendasi dan browsing, nouhi bus tour ini terpercaya. kalaupun lebih mahal, saya percaya mereka reliable. terutama dengan adanya kemungkinan salju tebal yang mungkin bisa membuat kami harus tinggal di salahsatu desa atau malah saking lebatnya hujan salju malah tournya dibatalkan. huks amit amit deh.
 di kereta ini payung plastik transparanku ketinggalan. saking heboh membawa 2 koper kabin dan 2 koper 24inch dan masing masing masih membawa tas tangan. padahal payung transparan itu masuk dalam must buy item in japan hahaha

 dalam perjalanan dari osaka ke toyama, kami sudah bisa salju tipis dimana mana. udara makin dingin menggigit diluar. tetapi tentu tidak terasa di shinkansen. kan ada heater. malah kadang kepanasan didalam shinkansen atau kereta sebab baju baju berlapis yang dipakai ini. didalam kereta paling hanya melepas jaket luar saja. 
 dari toyama ke takayama, pemandangan diluar jendela kereta membuat tidak berkedip. entah karena sangat berbeda atau karena impian yang menuju menjadi nyata.
 mereka yang tinggal didaerah sini terlihat tetap beraktifitas. tetapi karena ini sudah mendekati pegunungan, jumlah penduduk makin sedikit sehingga tidak terlihat didalam foto.
 saya senang sekali bisa melihat pemukiman seperti ini. membayangkan seandainya bisa tinggal disana sebulan, misalnya. menjalani kehidupan seperti mereka di musim dingin.
 salahsatu spot cantik. pegunungan yang kelihatan gelap dan dilapis tipis salju, jembatan yang membentang, dan sungai yang mengalir tenang tetapi terlihat dalam. tidak terlihat orang atau manusia atau binatang dari kejauhan. sepertinya sepi senyap.
 sepiii ... 
tenang ...
 kalau seperti ini terlihat ada kehidupan sebab ada kabel listrik dan telepon. tetapi jalanan sepi. hanya satu dua mobil saja dari kejauhan. kereta kami hanya menarik 2 atau 3 gerbong saja. gerbong kami persis dibelakang masinis. 
 kami benar benar puas menggunakan JR PASS. sampai ke pelosok pelosok. ini stasiun JR takayama. didalam ruangan yang dibatasi kaca adalah ruang tunggu yang ada heaternya. ada cafe kalau pengen cemilan atau minum hangat. kadang kadang ada hot milk buat anakku tetapi jarang. yang pasti ada bermacam macam kopi.
 salju dimana manaa ...
 ada trem. seingat saya ini di toyama. melintas didepan stasiun toyama. pagi menjelang kami berangkat ke takayama. pada malam hari kami sudah melihat trem ini. tetapi lelah dan dingiiiin sekali membuat bergegas ke hotel langsung saja. sampai melupakan hasil browsing bahwa di toyama juga ada toyama islamic cultural center. mereka membuat roti halal.


memang yang tertulis 0 derajat tetapi rasanya sudah minus. oh ya malam begitu sampai di hotel, kami membuat pop mie yang dikasih salahsatu dermawan di kyoto waktu itu. kami mendapat 2 pop mie. rasanya sangat juara untuk mengatasi udara dingin.