if only you are not an indonesian ...

Sunday, February 19, 2017

Suganuma Village : old and beautiful village

demi rumah oshin, pagi pagi kami bersiap. karena jepang lebih awal 2 jam, jadi itu seharusnya jam 10.09 dengan suhu minus 4. diluar gerimis salju. kami mengenakan pakaian berlapis lapis. 
saya memakai 3 set legging dan manset, 2 diantaranya heattech uniqlo, ditambah kaos dalam dan rok dalaman. jadi 4 set dalaman. kemudian dilapis gaun terusan panjang. dilapis sweater fleece, jaket tipis panjang, dan parka yang akan saya pakai kalau masih kedinginan juga. kaos kaki lapis dua. salahsatunya kaos kaki wol tebal beli di tokyo. sarungtangan hadiah. 
sedangkan anakku memakai 2 set dalaman legging dan manset selain kaos dalam dan celana dalam biasa. dilapis dengan kaos lengan pendek dan celana panjang. diatasnya dilapis lagi dengan kaos lengan panjang. kemudian sweater fleece. jaket fleece. baru terakhir jaket windproof. 
oh ya. jaket windproof ini merk REI buatan lokal indonesia. sepanjang perjalanan kemarin terbukti aman dan nyaman digunakan. kalau hujan air gerimis atau salju tidak tembus kedalam. badan tetap kering. hangat juga. kaos kaki lapis 2 juga. boots tentu. 
si papa yang paling tahan dengan dingin. sebab hanya pakai 4 lapis saja. bahkan bagian kaki hanya satu lapis. tapi ngaku juga setelah di shirakawa memang dingiiin ... 
 dari toyama naik kereta ke takayama. dan keluar dari stasiun takayama, sudha terlihat nouhi bus disebelah kiri. waaaah .... saljuuuu ... ada saljuuuuuu ... dengan noraknya kami loncat loncat dan menginjak injak salju sambil jalan ke nouhi. si papa jaim jadi nyuruh kami cepat cepat ke markas nouhi itu untuk check tiket yang diterima email.
websitenya ada yang berbahasa inggris dan memberikan informasi yang lengkap. 
 cerah dan langit biru tetapi tetap saja suhunya minus. ternyata sudah banyak orang yang ada di markas nouhi ini. memiliki tujuan dan jam keberangkatan yang berbeda beda. tour kami ada 2 guide berbahasa inggris dan mandarin. 
 mungkin ini isinya jadwal tur ya. disebelahnya ada rak berisi macam macam brosur tur juga. sayangnya yang terbaru adalah tur untuk bulan desember.
 setelah memastikan jadwal dan tiket, kami menunggu sebentar di ruang tunggu yang hiruk pikuk dan sedikit basah ini.
 didalam juga ada mini market dan mini cafe. udara dingin membuat perut lebih cepat merasa lapar. oh ya. tur kami ini dimulai dan diakhiri di stasiun takayama. akan mengunjungi dua desa yaitu suganuma village dan shirakawa-go. diantaranya kami akan makan siang juga. setelah kami menanyakan apakah ada menu halal, mereka menjawab bahwa yang disajikan nanti adalah menu vegetarian.
 busnya bagus bagus dan nyaman. perjalanannya cukup jauh. kira kira hampir 2 jam. sepanjang perjalanan guide menceritakan apa yang akan kami kunjungi disana, sejarahnya, juga spot menarik sepanjang jalan. selain itu memberi tips juga do's and don'ts selama disana.
 kelihatannya rame ini tetapi sebenarnya tertib lho. karena orang datang keluar masuk. 
 guide membagikan peta desa suganuma kepada kami didalam bus. peta ada yang berbahasa mandarin dan inggris, selain bahasa jepang tentunya.
 lapangan parkir di suganuma village. begitu sampai kami sudah heboh foto foto padahal desanya masih beberapa ratus meter dibawah. sampai sampai untuk kembali kesini, mereka menyediakan jalan singkat berupa terowongan dan lift untuk kenyamanan. terutama musim dingin.
 guide ini yang berbahasa mandarin. 
 amazing view, yes?
alhamdulillah ya Allah ... masih diberi kesempatan untuk melihat pemandangan seindah ini.
 seperti dalam lukisan ...

Suganuma (菅沼), one of the main attractions of Gokayama, is made up of two areas, Suganuma Village and the Gokayama Gassho no Sato. Pleasant and easy to explore on foot, the two areas are connected to each other by a tunnel, which also connects to the parking lot on the hill overlooking the village via an elevator.
Suganuma Village and nine of its gassho-zukuri farmhouses, were designated a UNESCO world heritage site along with Ainokura and Ogimachi in 1995. A beautiful place to see gassho-zukuri farmhouses, the ones here have been well preserved and a few of them have become restaurants, minshuku, and museums showing the daily life and the washi paper and saltpeter industries that sustained the region.
 On the other end of the tunnel, the Gokayama Gassho no Sato has a number of traditional farmhouses which have been relocated here in order to save them from destruction. However no one lives in them these days; they are instead used by school groups who can stay overnight in the houses and experience activities from traditional Gokayama life.

Get There and Around

By bus

Suganuma is a stop along the bus route between Shirakawago and Shin-Takaoka Station on the JR Hokuriku Shinkansen (see timetable). The one way ride from Shirakawago to Suganuma takes 30 minutes and costs 860 yen. From Shin-Takaoka Station, it takes about 80 minutes and costs 1200 yen.
Alternatively, some buses along the bus route between Kanazawa and Shirakawago stop at Suganuma along the way (see timetable and fare details); however, it is only possible to board buses in direction of Kanazawa and get off buses in direction of Ogimachi, but not vice versa. Also, these buses do not serve Suganuma, at all, from December through March.
 disini ada beberapa museum.
1.   Saltpeter Museum

Hours: daily 9:00 to 16:00
Closed: December 29 to January 3
Admission: 210 yen (300 yen with Folk Museum)
Making saltpeter, an ingredient in gunpowder, was an important industry for the region during the Edo Period. This museum has exhibits on the procedures, tools and history of the industry in Gokayama.
2.  Folk Museum

Hours: daily 9:00 to 16:00
Closed: December 29 to January 3
Admission: 210 yen (300 yen with Saltpeter Museum)
This folk museum displays tools and household items used in daily life. Some of the exhibited items include tools used for farming, raising silkworms and making washi paper. 
3.  Gassho Cottages This collection of relocated gassho-zukuri farmhouses is now a place where school groups can stay overnight and participate in activities based on Gokayama traditional life. Although not aimed at the individual traveler, the area is open to everyone, and you are free to see the houses from the outside. 

kami tidak masuk satu pun sebab waktunya terbatas dan kami ingin melihat seluruh desa. karena terpesona dengan desa bersalju, dan tidak bisa jalan bergegas, waktu yang diberikan tepat untuk kembali ke rombongan.
 meskipun sebelumnya saya sudah membaca ada rumah rumah yang berbeda beda fungsi, setelah tertutup salju, saya malas juga mengidentifikasi. tetapi terbayang sulitnya hidup di area ini dimasa yang lalu. sebab jalan yang kami lewati untuk menuju ke desa ini dibangun selama 11 tahun. sepanjang 11 kilometer. banyak diantaranya adalah terowongan yang menembus perut gunung. sehingga dulu anak anak usia sekolah menengah atas harus pergi ke takayama untuk melanjutkan sekolah. 
 udara dingin minus ini tidak membekukan aliran sungai kecil ini. saya coba mencelupkan jari ke aliran ini. brrr ... kalau musim dingin tinggal disini, saya mungkin tidak akan pernah mandi sampai musim semi tiba.
 diantaranya ada juga toko suvenir dan disebelah kiri seingat saya juga ada toilet. huuu ... kena air bakalan dingiiiin ... 
 nah ini terowongan yang saya ceritakan diatas. desanya ada dibawah jalan raya. semacam lembah. kalau musim dingin bersalju, lumayan juga rasanya. kemudian dibuatkan jalan pintas ini lengkap ada lift diujungnya. hehehe ... very thoughtful japan. 
yang saya ingat dari penjelasan panjang guide diantaranya adalah bagaimana mereka membuat atao rumah ini supaya tahan di 4 musim. di foto terlihat tetesan air yang membeku runcing runcing. atap ini terbuat dari ikatan tebal seperti jerami. untuk mengganti satu sisi atap ini membutuhkan biaya minimal 10 juta rupiah yang biasanya penduduk akan beramai ramai saling membantu. karena mereka berada didaerah yang terpencil, mereka saling mengandalkan satu sama lain.

No comments:

Post a Comment