if only you are not an indonesian ...

Sunday, October 21, 2018

Mencari Jejak Leluhur Episode 1 : PADANG

haaaaaiiii ... i am baaack ... setelah hibernasi hampir setahun. kangen juga bercerita di sini. please leave your nice and honest comment below. so I know there is someone who read my story. thank you.

jadi, setelah jalan jalan di Kuala Lumpur, kami terbang ke Padang. hanya perlu 1 jam saja. teman seperjalanan kami mayoritas melayu. melayu Malaysia atau melayu Padang. agak sulit dibedakan menurut mata Jawa saya. teman di sebelah saya adalah mahasiswi asal Surat Thani, Thailand bagian selatan. sedang belajar di perguruan tahfidz di Kuala Lumpur dan waktu itu berlibur ke Padang, ke rumah teman sekelasnya yang asli Padang. 

begitu sampai di Padang, yang terlihat mata saya adalah jajaran pegunungan yang berpayung awan gelap. udara terasa lebih sejuk dibanding di Kuala Lumpur. Minangkabau International Airport tidak seberapa besar. sayang saya tidak banyak mengambil foto foto di sana. keburu habis jam ashar. setelah selesai, mobil sewaan sudah menunggu. dari airport sampai ke kota cukup jauh. tidak lebih satu jam sih. pemandangan kota Padang dan lalu lintasnya terasa seperti di Jawa beberapa tahun lalu. 

Grand Zuri Hotel 


awan berarak seperti di foto yang hampir setiap hari terlihat di kota Padang selama di sana. saya tidak terlalu memperhatikan pusat kotanya. sebab meski sesaat menjelang mendarat udara terasa sejuk, begitu memasuki kota, terasa panas seperti kampung halaman saya.

 kami hanya semalam menginap di sini. terlihat sepi. mungkin kebanyak orang berlibur ke Jakarta atau ke Bukit tinggi. menurut tripadvisor, kebanyakan obyek wisata memang ada di sana. begitu juga dengan makanan khas Padang.
 pemandangan dari kamar hotel. semua bangunan pemerintahan dan sekolah di sini berbentuk atap bagonjong, sebagaimana atap khas Minangkabau. seperti di Jawa , rumah rumah disarankan untuk berbentuk joglo. sungguh kaya Indonesia ini. beraneka macam budaya dalam setiap sisi kehidupan sehari hari.
 desain atap bagonjong ini yang berbentuk seperti tanduk kerbau yang ujung ujungnya runcing ini dimaksudkan supayatahan terhadap musim hujan dan tidak membebani bangunan dibawahnya. bahan atapnya serupa seng yang ringan tetapi kuat. rumah gadang atau rumah bagonjong khas Minang ini dibuat dengan struktur tahan gempa. lantainya dibuat dibuat 2 meter tingginya dari atas tanah untuk mencegah serangan binatang buas.

meskipun demikian, tidak seluruh wilayah di Sumatera Barat memiliki Rumah Gadang. Pasalnya, Rumah Gadang hanya boleh dibangun di kawasan yang memiliki status ‘ nagari’ . Nagari ini sendiri berarti desa yang sudah menurut pada pembagian administratif sesuai dengan batas wilayah dan kewenangannya.


kami menemukan lebih banyak rumah khas Minang ini nanti di lembah Harau yang cantik sekaligus mistis. 
meski masakan Padang sangat kaya rempah dan rasanya sangat kuat, ketika memasak masakan lain, tumis sayuran sarapan saya misalnya, rasanya super hambar. untungnya saya tidak keberatan sebab setelah beberapa hari di Kuala Lumpur, perlu detox perut dengan raw food dan clean eating seperti ini. 

setelah istirahat, mempersiapkan perjalanan esok hari, kami mengunjungi masjid raya Padang yang sudah dilewati dalam perjalanan menuju hotel dari airport. tampaknya masjidnya belum sepenuhnya jadi. dan banyaaak sekali burung yang buang kotoran dan akhirnya mengotori masjid. 

 Masjid Raya Padang

sayang kami tidak punya foto yang lebih layak. sebab sampai di sana sudah gelap. kami hanya menggunakan kamera dari telpon selular saja.


 karpet masjid ini konon sumbangan dari pemerintah Turkey. karpet yang lembut dengan ukuran yang nyaman untuk orang orang berukuran tubuh diatas 170cm. di dalam masjid terasa lebih sejuk sebab ada sistem ventilasi yang baik yang dirancang oleh arsiteknya, Rizal Muslimin.
 asmaul husna diatas mimbar yang terasa begitu ...
 semoga takmir masjid ini diberi kesehatan dan keikhlasan selalu dalam menjaga dan merawatnya sehingga tetap bersih cantik dan diramaikan jamaah pada setiap jam sholatnya.

pagi hari setelah sarapan dan check out, kami akan menuju Bukittinggi, seingat saya 4 - 5 jam dari Padang. dalam perjalanan kami kan mencari jejak leluhur di Padang Panjang. 

 kalau tidak salah, setelah lebih 2 jam perjalanan meninggalkan kota Padang, disela makan siang yang sangat mengecewakan, air terjun ini ada di sisi kiri jalan. tidak perlu naik turun bukit. terlihat seperti itu. begitu saja. di sepanjang jalan, banyak kaki lima dan banyak monyet juga. kami berhenti sebentar tetapi agak sulit mendapatkan view atau angle yang bagus sebab sangat ramai. mendesak mendekat juga beresiko. 
pedagang kaki lima dan pengunjung meninggalkan jejak sampai yang cukup mengganggu pemandangan. saya tidak tahu apakah memang seperti itu setiap harinya atau karena hari itu adalah hari libur.
 meskipun kelihatannya airnya menyejukkan, kami tidak bemrinat menjadi basah. sebab sulit mengganti pakaian di are aterbuka semacam itu. perjalanan  menuju Padang Panjang dilanjutkan. sepanjang jalan disuguhi pemandangan hutan yang masih lebat, air sungai yang jernih dengan arus yang cukup deras. diselingi akar pohon yang digelayuti sampah. uh, menyedihkan.

MASJID USHULUDIN PADANG PANJANG

 perhentian pertama kali setelah masuk kota Padang Panjang adalah masjid ini. waktu sudah masuk jam ashar. daerah sekitarnya sepi. konon masjid ini adalah masjid keluarga si papa. alhamdulillah masih digunakan dan terawat dengan baik.
 setelah masjid ini dan mengunjungi beberapa rumah keluarga si papa, saya menyadari kalau keluarga Minang menyukai hiasan hiasan rumah seperti tirai, karpet, lemari pajangan dan vas bunga plastik. berbulan bulan berikutnya, saya menemukan suasana yang hampir sama di salahsatu houseboat di Shrinagar. hahaha ...
 kami sampai setelah lewat jam jamaah. jadi sepi. hanya ada kami dan satu orang lagi yang datang belakangan. air wudlunya terasa seperti air es. udara benar terasa sejuk.
 kota Padang Panjang sendiri terlihat sangat Minang, dan suasana religiusnya lebih terasa. selain masjid, banyak terlihat pondok pesantren dan sekolah islam. seandainya ada waktu lebih lama, mungkin menyenangkan menginap di sini dan lebih merasakan kehidupan sehari hari masyarakatnya.

No comments:

Post a Comment