if only you are not an indonesian ...

Friday, November 4, 2016

LATE POST : AROUND SEOUL


 
  berdasarkan browsing, seoul ini kota yang sangat connected dengan internet. the most wired city. tetapi sedikit sekali yang gratis. kadang kadang ada yang free atau open tapi susah juga log in. 
untuk menggunakan simcard dlokal, di airport kita bisa menyewa sekaligus dengan handsetnya. sebab kadang simcardnya tidak compatible dengan handsetnya. kami berdua mengandalkan wifi gratisan. nanti di hotel. saya masih menggunakan blackberry lama yang sulit sekali menemukan free wifi. 
ada yang suka nyambung menjelang maghrib sampai satu atau dua jam kemudian. jadi dijam jam seperti itu saya biasanya mengabari ke eyang eyang acara kami hari itu. atau sekedar ngobrol dengan sepupu. 
meskipun sudah terhitung maju, seoul masih tetap menggunakan tulisan dan bahasanya disetiap kesempatan seperti rambu rambu diatas. beberapa ada tulisan dalam bahasa inggris dibagian bawah. jadi benar benar seperti buta huruf. rasanya nyesek banget. 


 

ini adalah halte bus yang mengelilingi kota dan berhenti disetiap spot wisata. karena ada banyak, puluhan titik spot wisata, kami pilih yang kira kira paling menarik. sebab waktu terbatas. oh ya. kami beli tiket 1x dan berlaku sepanjang hari. kami menggunakan sampai 3 spot kemudian kelelahan akhirnya menyerah dan susah payah naik taxi ;p

 

kami memilih hotel di itaewon untuk 2 malam pertama di seoul. sebab kabarnya itaewon semacam malioboro. dan disana banyak restoran halal. dekat dengan banyak spot wisata. memang benar. disana pusat keramaian. bahkan sampai tengah malam.  
ini satu restoran halal yang kami coba. kami pilih beef with rice. ternyata yang keluar adalah seperti pastel raksasa. disampingnya ada sayuran mentah. macam macam selada. dimana nasinya? tidak disediakan sendok. adaya hanya garpu dan pisau. padahal nasinya bukan nasi pulen seperti sushi. setelah pastel dibelah, baru kelihatan nasinya yang dimasak dengan daging. mirip nasi permata. tapi ada kejunya. lucu aja. mungkin cocoknya namanya pie nasi daging. 
 di itaewon ini juga ada masjid agungnya seoul. masjidnya tidak terlihat dari jalan raya. masuk dulu, melewati gang dan beberapa anak tangga, baru sampai halaman luas masjid ini. disebelah kanan ada semacam kantor yang meminjamkan kain untuk para pengunjung wanita yang mengenakan rok pendek atau celana pendek.

saat disana, sedang ada pengajian. kelihatannya cukup banyak juga jamaahnya. saya tidak berani masuk jadi tidak bisa mendengar bahasa yang digunakan dalam pengajian itu. kemudian kami melanjutkan perjalanan. ke spot pertama dari rute bus kota.
   


   

 

Namsangol Hanok Village (남산골한옥마을)

Address


28, Toegye-ro 34-gil, Jung-gu, Seoul
서울특별시 중구 퇴계로34길 28 (필동2가)
 
 
  
 closetnya lucu yaaa ...

Introduction
Coming out of Exit 3 or 4 of Chungmuro Subway Station, you will see the normal city scenes of large buildings and bustling streets, but you are also right in front of Namsangol Hanok Village. You may find it interesting that this traditional Korean village is located between modern skyscrapers. This village has five restored traditional Korean houses, a pavilion, a pond and a time capsule as well, making it a perfect spot to take a leisure walk.

When you enter from the front gate, you will see the vast valley and Chunugak Pavilion to the left of a small pond. Beside the pond, there is a large open space where performances are usually held. On the other side, you will see five traditional houses. These houses were remodeled after the traditional houses of Joseon Dynasty and belong to those of various social classes, ranking from peasants to aristocrats. The furniture in the houses is situated to help guests understand the daily lives of the past, and the clean, traditional houses, as well as their antique items provide a great photo op.

If you would like to check out some souvenirs, stop by the traditional craftwork exhibit where you can buy small dishes and other items. You can also have some traditional tea and refreshments. On the grounds are traditional games that you may try such as neolttwigi (seesaw jumping), tuho(arrow throwing) and yutnori (traditional board game).

Don't forget to catch the traditional marriage ceremony that takes place during the weekends at Bak Yeong Hyo's Residence. The traditional marriage ceremony is an interesting event for both Koreans and foreigners and many gather to watch. During the winter season (November to February), there are not as many wedding ceremonies as compared to that during spring and fall. Weddings are typically held around 12:00 or 1:00 p.m. and visitors can take pictures with the husband and wife wearing traditional wedding costumes. There is also a time capsule commemorating Seoul’s 600 Year Anniversary that was buried in 1994 and is scheduled to be reopened four hundred years later in 2394.

Closed
Tuesdays (In the case of a holiday falling on Tuesday, the next day is closed.)

Activity Information
Making mini-jangseung (Korean totem pole)
- Operating hours: Saturdays 10:30-12:30
- Participant limit: 20 people
- Participation fee: Free
- Venue: Traditional Culture Experience Hall in Namsangol Hanok Village

Making mini-sotdae (wooden birds atop a pole)
- Operating hours: Saturdays 14:00-16:00
- Participant limit: 25 people
- Participation fee: Free
- Venue: Traditional Culture Experience Hall in Namsangol Hanok Village

Making Mokpyeon (wooden chip)
- Operating hours: Mondays 10:30-12:30
- Participant limit: 25 people
- Participation fee: Free
- Venue: Traditional Culture Experience Hall in Namsangol Hanok Village

Straw-craft activity
- Operating hours: Sundays 14:00-16:00
- Participant limit: 25 people
- Participation fee: Free
- Venue: Traditional Culture Experience Hall in Namsangol Hanok Village

Operating Hours
Apr-Oct: 09:00-21:00
Nov-Mar: 09:00-20:00

Parking Facilities
Namsangol Hanok Village Public Parking Lot, Parking Lot behind Daehan Theater, Dongguk University Yeongsangwon Parking Lot

Admission Fees
Free

Available Facilities
Cheonugak, Seoul Namsan Gugakdang (Traditional Theater), Traditional Craft Hall, Cheonghakji, Cheongryujeong, Gwaneojeong, Pigeumjeong, Mangbukru, Seoul Millennium Time Capsule, Min’s House, Yun’s House, Lee Seung-eop House, Kim Chun-yeong House, Yun Taekyeong’s Jaesil

Parking Fees
500 won for every ten minutes

Restrooms
Available

Interpretation Services Offered
* English, Japanese, Chinese (Advanced inquiry required) - Inquiry: +82-2-2264-4412

Korean Info. Service
[Traditional Cultural Asset Explanation]
* Tour size: 10-25 people per tour (family group available)
* Fare: Free
* Age limit: Fourth grade students and older
* Contents: The history of Namsangol Hanok Village and cultural heritage

Baby Stroller Rentals
3 baby strollers available at information center

Pets
Pets on a leash are permitted. Please bring plastic bags to dispose of pet litter.

 ini penjelasan tentang 'museum". seperti kembali ke masa lalu.
 oh ya. meski masih musim panas, sesekali hujan. langitnya tidak jernih biru. jadi sulit mendapatkan foto foto yang bagus.
 pernah kena scam waktu foto beginian di grand palace bangkok. jadi waktu liat ini, kami celingukan, liat liat siapa tahu ujug ujug ada yang datang minta bayaran. 
dari namsangol hanok traditional village ini, kami mengejar bus tadi. mereka tepat waktu. jadi  kita bisa memperhitungkan. berapa lama bisa berada di satu spot wisata untuk naik bus berikutnya. sayangnya, sebenarnya cara ini tidak cocok untuk anakku waktu itu. karena memang sejak berangkat sudah kelelahan. ditambah dikejar waktu dan mengejar bus, adanya cuma lelah dan capek saja. tidak berkesan apalagi masih seusia itu.
dari peta, istana yang besar adalah gyeongbokgung. semua berakhiran gung jadi saya menyimpulkan istana dalam bahasa korea adalah gung.


Gyeongbokgung Palace (경복궁)


seingat saya ini adalah gerbang istana dimana saya mulai lelah dan cranky kepanasan. pengen naik taxi pulang ke hotel. tidak mau lagi mengejar ngejar bus yang tadi. padahal si papa kayanya pusing tujuh keliling juga berusaha membaca peta. pokoknya jadi manyun manyunan. untungnya anakku tida rewel meskipun lelah. hanya saja setiap sebentar dia menggelosor. tidak peduli di trotoar atau dihalaman atau dimana mana. 
 
jalan masuk menuju istana. serasa beribu ribu kilometer dalam kondisi badan seperti ini. tapi penasaran juga sebenarnya. kami beli air minum didekat loket tiket sekalian ke toilet. entah kenapa setiap kali beli air mineral di seoul dan nanti di busan, air minum selalu keluar dari dalam kulkas. susah sekali mencari air minum suhu ruang. jadi setiap kali beli, dibungkus jaket dulu, dimasukkan dalam ransel. setelah beberapa waktu baru diminum. 

Address

161, Sajik-ro, Jongno-gu, Seoul
서울특별시 종로구 사직로 161 (세종로)
Type

Palaces/ Fortresses/ Gates
Inquiries

• 1330 Travel Hotline: +82-2-1330
(Korean, English, Japanese, Chinese)
• For more info: +82-2-3700-3904~5
+82-2-738-9171, +82-2-3210-1645~6
Homepage

royalpalace.go.kr (Korean, English)
 


Introduction
Built in 1395, Gyeongbokgung Palace is also commonly referred to as the Northern Palace because its location is furthest north when compared to the neighboring palaces of Changdeokgung (Eastern Palace) and Gyeonghuigung (Western Palace) Palace. Gyeongbokgung Palace is arguably the most beautiful, and remains the largest of all five palaces.

The premises were once destroyed by fire during the Imjin War (Japanese Invasions, 1592-1598). However, all of the palace buildings were later restored under the leadership of Heungseondaewongun during the reign of King Gojong (1852-1919).

Remarkably, the most representative edifices of the Joseon Dynasty, Gyeonghoeru Pavilion and Hyangwonjeong Pond, have remained relatively intact. Woldae and the sculptures of Geunjeongjeon (The Royal Audience Chamber) represent past sculptures of contemporary art.

The National Palace Museum of Korea is located south of Heungnyemun Gate, and the National Folk Museum is located on the eastern side within Hyangwonjeong.

Telephone
+82-2-3700-3904~5, +82-2-738-9171, +82-2-3210-1645~6

Current Status
Historic Site No.117 (Designated on January 21, 1963)

Closed
Tuesdays

Operating Hours
November-February 09:00-17:00
March-May 09:00-18:00
June-August 09:00-18:30
September-October 09:00-18:00

* Last admission: 1 hr before closing
* Operating hours are subject to change depending on conditions or circumstances.

Parking Facilities
Parking lot is located on the left-hand side on the road toward Samcheong-dong from Gwanghwamun Gate.
- Cars: 240 parking spaces
- Buses: 50 parking spaces

Admission Fees
[Korean Citizens]
Adults (ages 25-64): 3,000 won / Groups (10 people or more): 2,400 won

[International Visitors]
Adults (ages 19-64): 3,000 won / Groups (10 people or more): 2,400 won
Children (ages 7-18): 1,500 won / Group (10 people or more): 1,200 won

[Integrated Palace Ticket]
- Four Palaces (Changdeokgung Palace (including Huwon, Secret Garden), Changgyeonggung Palace, Deoksugung Palace, Gyeongbokgung Palace) and Jongmyo Shrine
- Ticket is 10,000 won and is valid for use for three month after purchase.
- Non-refundable upon visiting at least one place.

* Visitors may take a combined tour of Changdeokgung Palace and Changgyeonggung Palace. (Additional ticket must be purchased at Hamyangmun Gate)
* The Jongmyo Shrine tour will be offered only at specific times during the day, except on Saturdays, when visitors may tour at their leisure. The passage connecting Jongmyo Shrine and Changgyeonggung Palace will be closed to the public.

* Closed Mondays: Changdeokgung Palace, Deoksugung Palace, Changgyeonggung Palace
* Closed Tuesdays: Gyeongbokgung Palace, Jongmyo Shrine

Facilities for the Handicapped
* Wheelchair rental service available at Geunjeongmun guard post. * Parking spaces and restrooms (near outside entrance by parking lot) available for people with disabilities. * The main entrance has a wheelchair ramp for easy access.

Restrooms
Available

Interpretation Services Offered
Tours depart in front of the information center at Heungnyemun Gate (흥례문).
- Duration: About 1 hr - 1 hr 30 min
- Tour Schedule
English: 11:00, 13:30, 15:30
Japanese: 10:00, 12:30, 14:30
Chinese: 10:30, 12:30, 14:00, 16:00

Pets
Not permitted

 guling gulingan dihalaman istana ...
jungkir balik di gerbang istana ...


 


 


Wednesday, November 2, 2016

LATE POST : Namsan Tower and Friends

 setelah tidur beberapa saat, saya dibangunkan sebab teman saya dengan keluarganya sudah menunggu di lobby. kami tidak bisa minarakke kedalam kamar sebab sangat sempit. dan acak acakan pula. jadi kami turun bersalaman ngobrol sebentar kemudian memutuskan untuk jalan jalan ke spot wisata terdekat. kami akan menuju namsan tower. katanya disana ada pagar dengan gembok cinta, teddy bear museum, dan naik keatas melohat pemandangan seoul dari ketinggian.
dekat tetapi jalan menanjak dan badan remuk redam itu rasanya luar biasa ya. lihat saja kami jalan sendiri sendiri. nafas udah abis tidak ada sisa untuk mengobrol. wkwkwk ...
 sebagian jalan keatas, kami naik cable car. untel untelan campur bingung baru tidur, saya tidak begitu paham apa pemandangan diluar. cuma ingat megangin anak aja supaya tidak kemana mana wkwkwk
 bapak ditangan kanan membawa bekal makanan untuk kami. alhamdulillah. rasanya luar biasa uenaaaaak masakan temanku ini. hanya Allah yang bisa membalas kebaikan hatimu. beliau sekarang tinggal di birmingham, UK. jauh amat ya. masa' ketemuan di london?
 tapi seru juga sampai diatas sini. lift menuju keatas tidak seperti lift biasa. groovy gitu. ada musik dan lampu warna warni. harga tiketnya lumayan mahal dan dibayarin sama temanku ini. huks huks huks.

selama disini serasa jadi buta huruf. anyak sekali tulisan dan tidak satu pun yang bisa dibaca. ditambah lagi ada 5- channel TV yang bahasanya tidak kupahami satu pun. luar biasa. ibukota negara maju yang sekaligus pangkalan tentara amerika tapi tetap kuat dengan budayanya. bahkan bahasanya. hebat.

LATE POST : SUMMER in SEOUL

 incheon international airport. foto diatas adalah foto pramugari korean air yang kami tumpangi dari jakarta menuju seoul, agustus 2013 yang lalu. nyaris satu persatu pramugari tidak bisa dibedakan. tetapi jangan salah, diantaranya adalah orang indonesia asli. mengenakan pin yang menunjukkan kerjasama antara korean air dan garuda indonesia. 
incheon ini adalah airport terbesar yang pernah saya temui. mengingat baru sedikit airport yang pernah saya singgahi, tentu saja, berada disini sudah seperti liburan. memandang semuanya dengan terpesona.
 salahsatu yang menarik saat mengunjungi kota besar di negara maju adalah mereka memiliki moda transportasi yang terpadu. kartu diatas adalah kartu Tmobile yang bisa digunakan baik bus maupun kereta. bahkan saya mencobanya di Busan, kota besar lain berjarak 3 jam dengan kereta cepat. KTX. seperti di singapore.
 sebelum sampai disini, kami sudah menumpangi kereta 11 jam, kemudian istirahat sebentar, dan kembali berkemas menuju soekarno hatta airport. dan penerbangan dari jakarta menuju seoul memakan waktu 7 jam. pada beberapa jam pertama, saya masih bisa tidur. begitu juga dengan anakku. memang sangat tidak nyaman sebab saya belum pernah terbang seperti ini sehingga persiapan kurang matang. 
akibatnya nanti akan terlihat dalam foto foto, wajah wajah bantal, dan sebentar sebentar, anakku bergulingan dimana mana. 
saat itu usianya belum 7 tahun. belum pandai mengungkapkan apa yang dirasakannya. tetapi bersemangat mengunjungi ibukota negara lain.
 karena pesawat mendarat jam 7 pagi waktu seoul, diperkirakan kami bisa makan siang disekitar hotel yang sudah kami pesan. kenyataannya, jam 15 waktu seoul masih menggerek gerek koper diseitar itaewon, mencari GV residence. antara kebelet pipis, lapar, kepanasan, bingung, berjuta rasanya, pengen nangis aja. gantian aja gelosoran dimana mana. 
karena dikira sampai hotel jam makan siang, saya janjian dengan teman jam 16 di hotel. saya pikir kami sudah cukup istirahat, mandi dan makan. jadi saat tamu kami datang, kami sudah segar dan siap menjelajah sebagian kota seoul.
karena meleset, saat mereka datang, pusing kepala dan badan berasa panas. terpaksa bangun dari tidur dan berkemas menemui tamu yang juga sudah datang dari jauh.
 untuk mengalihkan perhatian dari panas, lapar, kebelet pipis, dan tersesat, saya foto jendela dari rumah cantik didepan saya. duuuuh ... udah nyaris ngompol aja nih. mau nyari atau nanya toilet umum susah. bahasanya jauh berbeda.
masih bawa bawa koper. membeli tmobile, mencoba simcard lokal, makan siang seadanya di 7-11, dan punggung yang rasanya udah mau patah patah aja ambruk.

GV Residence 

171-41 Itaewon-Dong, Yongsan-Gu, Yongsan-Gu, 140-200 Seoul

ini mesin yang ada di ruang makan GV residence. setelah bersih, dikeringkan dan dihangatkan disitu. sebab saya ambil piring, terasa hangat dan benar benar kering. ruang makannya sebenarnya sempit tetapi multi fungsi dan ditata dengan apik. saya tidak berani mengambil banyak foto sebab saat sarapan, lumayan penuh.
 lampu lampu dilorong ini seingat saya menyala 24 jam sebab tidak ada bukaan langsung keluar. untungnya kamar kami berjendela. meski mungil, sama cantiknya dengan bagian lain di hotel ini.
 kami bisa melihat pemandangan dari lantai paling atas yang waktu itu ada beberapa tanaman dalam pot yang sudah saya post pertamakali. summer in seoul.
 selaku amateur baker, saya sangat berminat dengan meja stainless ini. seandainya bisa masuk koper ...
 pintu depan hotel sebenarnya disini. tetapi karena pertama kali datang kami tersesat, kami masuk melalui basement. jadi terlihat aneh sekali hotelnya. gelap dan tidak ada orang. tidak ada reception. mereka kemudian melihat kami melalui CCTV dan memberitahu pintu yang mana sekaligus membantu kami membawa koper koper yang berat.
mengapa koper ada 3 dan berat berat? sebab anakku belum bisa makan apa saja. masih picky. kedua, kami tidak yakin bisa menemukan makanan halal di seoul ini. katanya sih ada restoran turki atau restoran india. sayangnya mungkin anakku tidak mau jadi akhirnya saya bawa mie instant dan beberapa lauk kering yang sudah dikemas dalam porsi kecil. dari browsing saya sudah tahu kalau kami akan mudah menemukan nasi matang di convenience store. tinggal dihangatkan di microwave. siap makan dan katanya enak. memang enak.
kami memiliki kode untuk dimasukkan kesini untuk membuka pintu. bukan dengan kunci. canggih kan?
 sebelum berangkat ke seoul, satu hal yang saya pikirkan adalah bagaimana menemukan makanan halal. dan karena ini trip yang jauh yang pertama. singkatnya sulit tetapi bukan tidak ada. nah, saat sarapan di hotel, tak disangka makanan yang disajikan banyak sayur sayuran. ada tofu juga. menurut teman, kalau makan sayur, sebaiknya tidak dengan saus saus pendampingnya. sebab tidak tahu bahan apa saja yang ada didalam saus. 
ternyata lagi, bahkan tanpa saus pun, cara mereka memasak sayuran memang membuat sayur tetap segar dan rasanya enak. favorit saya adalah masakan dari jamur. beraneka jamur. seperti hanya direbus tetapi ada rasanya. sayang saya tidak foto.
 mungkin ini sebabnya gadis gadis di seoul terlihat segar dan bersih. kalau cara mereka memasak seperti ini, tentu sangat berpengaruh pada kesehatan.

BIRTHDAY TRIP MAY 2016 : the amazing ANGKOR WAT II

 karena di Indonesia, candi umumnya hanya beberapa spot, masih bearable untuk dijelajahi, sampai di kompleks angkor wat ini, jelaas saya sangat kecele. angkor wat bukan hanya kompleks. tapi merupakan satu kota besar di jamannya. dibawah matahari yang terik dan udara panas minimal 34 derajat celcius, stamina cepat turun. begitu juga semangat untuk menjelajah. memang benar harus beli tiket yang 3 hari supaya bisa melihat semuanya.
 tuk tuk bang shafei ini sudah berusaha meringankan rasan kepanasan kami dengan menyiapkan handuk dingin dan air mineral dingin juga. handuk dingin sangat menyegarkan. tetapi kami tidak bisa minum selain suhu ruang. khawatir terjadi seperti saat di Bangkok. seharian minum jus dingin, es krim, es kelapa muda, malamnya kepala keliyengan kaya' ada truk nangkring dibatok kepala. nyaris saja tidak bisa bergerak.

The city where the temple was built, Angkor, is located in modern-day Cambodia and was once the capital of the Khmer Empire. This city contains hundreds of temples. The population may have been over 1 million people. It was easily the largest city in the world until the Industrial Revolution. 
Recent research using airborne laser scanning (lidar) has shown that Angkor contains an urban core that could have held 500,000 people and a vast hinterland that could have held many more inhabitants. Researchers have also identified a ‘lost’ city called Mahendraparvata, which is located about 25 miles (40 kilometers) north of Angkor Wat.  
http://www.livescience.com/23841-angkor-wat.html

yang disebut LIDAR disepotong artikel diatas adalah semacam radar atau foto rontgen atay xray. dijalankan dari atas helikopter. hasilnya seperti foto xray. jadi terpetakan semua jejak kerajaan yang hebat di masa lalu.  ada "gambar" kota yang sangat luas, tertata, maju, peradaban yang tinggi dengan jumlah penduduk yang cukup besar. 
kami menyaksikan film dokumenter tentang ini malam sebelum mengunjungi angkor wat. really amazing ancient city.



Angkor Wat itself is surrounded by a 650-foot-wide (200 m) moat that encompasses a perimeter of more than 3 miles (5 km). This moat is 13 feet deep (4 m) and would have helped stabilize the temple’s foundation, preventing groundwater from rising too high or falling too low.
Angkor Wat’s main entrance was to the west (a direction associated with Vishnu) across a stone causeway, with guardian lions marking the way. To the east of the temple was a second, more modest, entrance.  
The heart of the temple was the central tower, entered by way of a steep staircase, a statue of Vishnu at top. This tower “was at once the symbolic center of the nation and the actual center where secular and sacred power joined forces,” writes researcher Eleanor Mannikka in the book "Angkor: Celestial Temples of the Khmer Empire" (Abbeville Press, 2002). “From that unparalleled space, Vishnu and the king ruled over the Khmer people.”
Hidden paintings have recently been discovered in the central tower. One chamber in the tower has a scene showing a traditional Khmer musical ensemble known as the pinpeat, which is made up of different gongs, xylophones, wind instruments and other percussion instruments. In the same chamber, there's also an intricate scene featuring people riding horses between two structures, which might be temples. These two paintings are among 200 that have been recently been discovered in Angkor Wat.  
http://www.livescience.com/23841-angkor-wat.html

intinya sih saya tidak mampu melukiskan kemegahan angkor wat dengan kata kata. mungkin sedikit dengan foto foto yang diambil a la kadarnya dengan pocket camera. a must visit! 
 satu candi favorit saya. meskipun tidak nonton film yang settingnya disini, setelah sekian kali melihat foto foto bagian dalam ini, begitu sampai disini masih tetap terpesona. benar benar seperti yang diucapkan anchor di film dokumenternya : swallowed by the jungle.
 dimana mana ada gajah. dari negeri siam yang dikunjungi sebelumnya, sampai sini. andi candi yang cantik di kota kuno ayutthaya, thailand, sebenarnya bisa dibilang adalah jajahan dari kerajaan khmer merah pada masa itu. jadi tidak mengagetkan mengapa bentuknya mirip tetapi di ayutthaya usianya lebih muda. semakin kearah Indonesia, candi dan peradabannya semakin muda dibandingkan Cambodia.
 udara panas ini membuat malas bergerak. kami berhenti didepan sras srang. semacam waduk untuk mengatasi kondisi cuaca di siem reap. 6 bulan hujan dan banjir sedangkan sisa 6 bulan berikutnya panas terik. mereka tidak memiliki sumber air lain selain danau. jadi dibuatlah waduk waduk ini termasuk disekitar kompleks utnuk menjaga keseimbangan lingkungan.
cara mereka mengatasi hidup di iklim yang kurang bersahabat ini ternyata sangat manjur dan berlaku ratusan tahun. panen padi bisa 3x dalam setahun meski hujan nonstop 6 bulan yang biasanya banjir dimana mana. permukaan danau naik 10 meter saat musim hujan.
 bisa dibilang ini puncak musim kering di siem reap. sras srang kering kerontang.
 ta phrom seperti diinjak injak sepasukan pohon raksasa ...
 benar benar pohon raksasa bukan? di siem reap banyak sekali pohon seperti ini. tetapi meskipun sekilas terlihat sama. batangnya buesaaaar dan berwarna putih, ternyata sebenarnya pohon jenis yang berbeda. ada yang biasanya dibgian bawahnya menjadi sandaran rumah rayap.
 spot yang sangat populer didalam candi ini. sudah dipagari sehingga tidak bisa mendekat. diberi pijakan papan papan juga. demi keselamatn pengunjung sekaligus candi itu sendiri. sepertinya proses konservasi atau restorasi terus berjalan pelan pelan. tentu memakan biaya yang besar selain butuh pengetahuan mendalam. 
semoga kelak diberi umur yang panjang dan kesehatan yang baik mengunjungi ta phrom setelah restorasi. aamiin ...