if only you are not an indonesian ...

Monday, October 22, 2018

Mencari Jejak Leluhur Episode 2 : BUKITTINGGI

setelah mengunjungi saudara jauh yang masih tinggal di Padang Panjang, yang terakhir bertemu belasan tahun yang lalu, kami melanjutkan perjalanan ke Bukittinggi. menurut tripadvisor, di sanalah banyak obyek wisata baik berupa wisata sejarah atau wisata alam. 

saya sangat merekomendasikan untuk berjalan jalan di sebagian wilayah sumatera barat ini, terutama antara Padang dan Bukittinggi, dengan menggunakan kendaraan pribadi. sebab sepanjang perjalanan, akan disuguhi pemandangan cantik yang sulit dilukiskan dengan kata kata. saya akan posting terpisah foto foto yang diambil random selama perjalanan beberapa hari di sana. 

GRAND ROCKY HOTEL BUKITTINGGI

hotel pilihan papa ini berada ditengah kota. dekat dengan taman jam gadang dan ngarai sianok. hotelnya biasa saja. sarapan juga biasa, yang menarik di hotel ini menurut saya daalah pola karpet di setiap lantai yang berbeda. motifnya bold dan berwarna cerah dengan kombinasi warna yang kuat.

 standar fasilitas di kamar. menurut saya, untuk ukuran hotel sekelas ini, tarif yang ditawarkan cukup mahal. mungkin karena saingannya sedikit. tidak banyak pilihan. ada hotel novotel tetapi tidak ada kamar kosong pada tanggal pilihan kami.
 saya sempat laundry beberapa potong baju untuk pulang. sebab sudah kehabisan baju bersih setelah berkelana di beberapa kota dalam 2 minggu. hasil setrikaannya mengecewakan sekali. rapi, cukup bersih, tetapi lipatan celananya aneh sekali. perlu mengulang beberapa kali sampai kembali kepada lipatan yang selanjutnya. untungnya celananya model bahan yang tahan banting. tidak mengkerut atau rusak atau kelunturan.


 karena udaranya dingin, meskipun badan rasanya sudah remuk redam, saya mengabaikan kolam renang. brrr ... 
jadi istirahat dengan banyak tidur dan banyak minum air putih saja.
 tidak ada masalah soal kebersihan. 
 perhatikan salahsatu pola karpet di lantai.
 satu satunya kesempatan saya untuk makan enak dan sesuai selera hanyalah saat sarapan seperti ini. tumis sayurnya segar meskipun tidak ada rasanya. tetapi bagus untuk clean eating. ahahhaha ...
 kalau mau bisa meracik salad sayuran dan buah buahan. dibanding grand zuri, masakan di sini lebih enak. ada pula lontong sayur khas padang atau khas minang mungkin ya. tapi saya hanya mencicip sedikit saja. demi kesehatan perut. masalah yang selalu terjadi kalau sedang dalam perjalanan.
 pilihan lauk pauk saat sarapan. karena waktu itu musim liburan akhir tahun, saat sarapan adalah saat yang super meriah. banyak anak anak dengan beraneka suara. 

 karena hari itu adalah hari jumat, fokus kami mencari masjid raya untuk mengikuti sholat jumat. masjid pertama yang kami datangi di malam sebelumnya, kelihatannya kurang bagus. lagipula kami suka pindah pindah masjid. dalam rangka mencari itu, kami menemukan JANJANG AMPEK PULUAH alias 40 anak tangga yang menghubungkan antara pasar atas dan pasar bawah. 

entah mengapa, meski sudah lelah, kami ikuti juga jenjang 40 tangga itu dari atas ke bawah. sebenarnya ada lebih dari 40 tangga sih. sekitar 100 anak tangga. 

 sebelum sampai mana mana, mobil di parkir di dekat oasar yang hiruk pikuk dan becek dibawah, kami ketemu kucing yang memelas ini. apakah karena orang Minang tidak suka kucing ya? sebab beberapa kali bertemu kucing, kondisinya mirip mirip begini. jelek, kurus, penyakitan, dan super curiga dengan manusia. 
 
 menurut tulisan yang dipasang di pagar rumah cantik ini, sebenarnya ini adalah musholla. musholla yang cantik. sayangnya pagarnya dikunci sehingga tidak bisa masuk apalagi numpang sholat di sini. benar benar cantik artistik.
 kelihatannya 40 anak tangga hanya dihitung dari sini. padahal ini sudah lebih setengah dari mulai kucing tadi.
 pemandangan indah di puncak tangga top 40 hahahah ...


Janjang 40 atau Janjang Ampek Puluah adalah jenjang atau leretan anak tangga yang menghubungkan Pasar Atas dengan Pasar Bawah dan Pasar Banto di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia.[1] Secara administratif, Jenjang 40 berada di Kelurahan Benteng Pasar Atas, Kecamatan Guguk Panjang.[2][3]
Sebenarnya Janjang 40 memiliki lebih dari 40 anak tangga yang terbagi dalam beberapa bagian. Jumlah anak tangga keseluruhan dari anak tangga paling bawah di trotoar Jalan Pemuda, Bukittinggi sampai ke anak tangga paling atas adalah 100 anak tangga. Namun, pada bagian teratas anak tangga yang ada berukuran lebih kecil dan curam. Angka 40 adalah jumlah anak tangga yang terdapat pada bagian paling atas ini.[3]
Janjang 40 dibangun pada tahun 1908 sewaktu Louis Constant Westenenk menjabat sebagai Asisten Residen Agam.[1] Pada waktu itu, pemerintah Hindia Belanda menghubungkan setiap pasar di Bukittinggi dengan janjang (bahasa Indonesia: jenjang atau anak tangga) untuk penataan pasar. Beberapa jenjang lainnya di antaranya Janjang Gudang, Janjang Kampuang Cino, dan jenjang di Pasa Lereng yang bersambung dengan Janjang Gantuang. Janjang Gantuang merupakan jembatan penyebrangan yang pertama di Indonesia.[4]
Keberadaan Janjang 40 turut memberikan inspirasi kepada pencipta lagu Minang Syahrul Tarun Yusuf untuk lagunya yang berjudul Andam Oi.[2]


No comments:

Post a Comment