if only you are not an indonesian ...

Wednesday, November 27, 2013

menuju perjalanan impian : 3rd etape : taman nasional alas purwo

burung merak ini yang memberi ucapan selamat datang begitu kami sampai di pos pertama masuk ke taman nasional alas purwo. mungkin karena tidak banyak ada orang disana, burung merak ini tidak terlihat takut melintas atau menyeberang jalan. mendongak, mendengarkan suara suara pohon berayun, terlihat jenis monyet berekor panjang yang saya menyebutnya "budheng" tapi katanya ada juga yang hitam dan mereka menyebutnya "lutung'. asyik sekali mengamati binatang binatang didalam habitat aslinya. seperti melihat perempuan cantik tanpa make up kali ya? wkwkwk ...

 setelah beristirahat sebentar, meluruskan kaki yang pegal semua karena mendaki gunung ijen, sambil sarapan pagi saya ngobrol dengan driver tour kami. saya tanyakan rencana trip selanjutnya. menurutnya, kami akan berangkat setelah makan siang menuju taman nasional alas purwo dan menginap di surfer guesthouse di tepi pantai g-land alias plengkung. hari itu baru jam 8 atau 9 pagi. anakku masih pengen lari lari di halaman belakang guesthouse arabica yang luas. lanjutnya, karena kami terlambat berangkat kesana, alas purwo, mungkin kami tidak bisa melihat banteng sedang merumput di padang penggembalaan sadengan. saya bilang mengapa terlambat? lha ini jam segini kan masih disini, katanya. lho, kan kami pergi ke ijen mendahului jadwal. seharusnya setelah makan pagi kami baru berangkat. tetapi kan makan pagi kami justru sudah kembali dari ijen. bagaimana bisa kami terlambat? entah mengapa, terlintas pikiran ada beberapa spot yang akan di skip oleh tour ini. saya jelas sangat keberatan kalau ada trip yang terlewat sementara kami tidak melakukan apa apa yang membuat trip terlewat. tidak ada yang molor dari grup. kemudian saya tanya, jadi, seharusnya jam berapa kita check out dari sini supaya bisa lihat banteng di sadengan? paling lambat jam 11 katanya. oke, kami akan siap jam 11. driver dan guide tour kami terlihat berbicara serius dan segera terbirit birit untuk menyiapkan diri. saya kasih pengumuman ke grup kalau kami akan pergi dari guest house paling lambat jam 11. melihat gelagatnya, driver ini memang akan masih nyantai dulu menikmati kopinya. tapi apapun alasannya, saya keberatan salahsatu tujuan trip dihapus bukan karena kesalahan kami. guide bilang, mereka sudah pesan makan siang untuk kami di guest house ini. bungkus saja. masukkan ke dalam box atau dibungkus dengan kertas nasi saya tidak peduli. selama bersih. tetapi saya sendiri membawa satu set rantang susun. saya minta untuk dicuci dan makanan kami dimasukkan kesitu dilapis lagi dengan tas plastik. 

ini adalah ketegangan pertama dengan pihak tour. ada lagi nanti di trip berikutnya bagaimana pihak tour berusaha memolor molorkan trip. tetapi tidak dengan mudah meloloskan diri dari saya. yah, sekedar pelajaran untuk trip selanjutnya, atau untuk pembaca yang akan menggunakan jasa travel and tour seperti saya, baca baik baik itinerary yang mereka buat, carilah informasi sebanyak banyaknya, siapkan back up plan untuk trip anda, kemudian pastikan harganya sesuai dengan trip yang ditawarkan. lalu selama perjalanan, jangan segan bertanya dan menuntut hak anda. sedikit atau banyak, kalau anda sudah membayar, itu adalah hak anda. bagaimana memenuhinya, itu urusan travel dan tour. toh tour juga tidak peduli bagaimana cara anda mendapatkan uang untuk membayar mereka kan? wkwkwk ...

kemudian setelah menyiapkan perlengkapan mandi dan baju ganti anak saya, bergantian makan nasi goreng dan telor ceplok yang disiapkan oleh guest house, saya merapikan bagasi yang lumayan banyak. kami pergi nyari 8 hari 7 malam dengan anak anak pula. demi kenyamanan dan keselamatan, saya membawa semua yang diperlukan. apalagi tujuannya berbeda beda. 

nyaris terasa suasana tegang karena saya bersikukuh untuk berangkat segera demi jadwal trip yang tepat. lain lagi dengan soal air panas di kamar mandi yang tidak selalu mengalir dengan lancar. ditambah  petugas guest house yang sedang mengepel lantai seenaknya membuat salahsatu dari kami terpeleset. mungkin karena awalnya kami banyak bercanda sehingga pihak tour menganggap kami mudah dikelabui. suami saya tidak memperhatikan jadwal tour dengan seksama meskipun tetap menikmati perjalanan. lalu sekitar jam 11 siaplah kami semua menuju bagian ketiga dari trip panjang ini. kami akan menuju salahsatu sudut Kabupaten Banyuwangi, menuju Taman Nasional Alas Purwo. beberapa perjalanan meleset sebab ada jalan yang rusak dan ditutup sehingga sempat mencari jalan yang memutar. guide membuka tabletnya mencari peta di internet untuk mencari jalan alternatif yang paling memungkinkan untuk kami. beberapa spot juga agak ngebut karena kami harus sampai di padang penggembalaan Sadengan sebelum jam 5 sore, sebelum para banteng itu berangkat tidur. 

setelah berhenti di pos disambut burung merak, untuk melapor kepada petugas jagawana yang sudah diberitahu sebelumnya tentang kehadiran kami, akhirnya sampai juga di Sadengan. memang benar, terlihat sekawananan rusa, banyak burung merak, dan banteng sedang merumput disana. tetapi mereka merumput di sisi padang yang jauh dari kami. driver meminjamkan teropong untuk kami dari petugas yang memiliki pondok disitu. disana dibangun menara untuk pengawasan banteng. suamiku membawa teropong juga. sehingga dengan 2 teropong kami bisa leluasa bergantian untuk mengamati perilaku banteng nun jauh disana. karena banteng ini semakin hari semakin berkurang jumlahnya, rumput di padang ini juga dikontrol. juga air minum untuk para binatang ini. jadi bisa dibilang, mereka tidak sepenuhnya liar. beberapa spot rumput dipagari. menurut mereka, itu bagian rumput yang sedang dalam penelitian. supaya tidak ikut dimakan banteng atau rusa, rumputnya dipagari. para petugas disana mungkin bermaksud memastikan gizi yang cukup untuk para binatang itu agar mereka dapat berkembang biak mengingat jumlahnya yang terus menurun setiap tahunnya. satu hari, anak cucu kita hanya akan melihat gambar banteng didalam buku pelajaran biologi, seperti kita hanya bisa melihat gambar dinosaurus.



 gambar diatas memberi pembukaan tentang Taman Nasional Alas Purwo. yang sebelumnya saya dengar cerita cerita seram. genderuwo, hantu, dan berbagai binatang buas. tentu saja seram sebab taman nasional tidak ditujukan untuk tempat wisata seperti dufan, misalnya. sesedikit mungkin manusia yang berada didalamnya, hutan yang lebat menjaga ekosistem, menjadi rumah bagi bermacam macam binatang. sehingga tidak ada fasilitas apapun untuk wisata disana. itu sebabnya, itu alasan kuat mengapa saya menggunakan jasa tour. sebab membutuhkan serangkaian persiapan termasuk izin untuk masuk kesana. meskipun di sisi lain, kadang harus tegas kepada tour kalau mereka mulai mencoba menyimpang dari tugasnya. dan bagaimana pun juga, tour ini sudah pernah datang kesini dan mengenal beberapa orang yang bekerja di taman nasional. sengaja saya tidak menceritakan sisi gelap dan seram alas purwo kepada grup. supaya perjalanan tetap menyenangkan. tetapi tour mengingatkan beberapa hal yang tabu dilakukan didalam sana. seperti dilarang memetik, mematahkan, mengambil apapun didalam hutan, sebaiknya bersikap dan berkata yang sopan juga selama didalamnya.
seru sekali kan, meneropong perilaku banteng dan teman teman kecilnya dengan teropong? katanya, kalau bantengnya besar dan berwarna hitam, berarti banteng berjenis kelamin jantan. yang berwarna coklat memang cenderung lebih kecil. yakin banget bantengnya besaaaaaarrr sekali mengingat jarak pandang yang jauh :( kebetulan di menara pandang sedang ada petugas yang sedang mengamati banteng sehingga kami mendapatkan sedikit cerita dari beliau tentang banteng banteng ini.
kelihatannya menara pandang memang sengaja dibuat nyaman untuk duduk duduk di sore hari untuk mengamati banteng. ada waktu waktunya banteng itu berada kebih dekat dengan menara sehingga lebih mudah diamati. sayangnya sampai kami pulang, para banteng itu tetap jauh nyaris di cakrawala.
ini adalah tampak depan hotel yang kami tempat hanya semalam. setelag dari padang penggembalaan Sadengan, kami diminta untuk mengemasi sedikit saja barang sebab hanya menginap semalam disini. mobil kami ditinggal di pos Pancur, dititipkan kepada petugas. disana ada tempat parkir yang cukup luas. dan terlihat banyak monyet berloncatan di dahan pohon. ada beberapa kendaraan lain juga parkir disana. selain pakaian ganti, tentunya semua barang berharga alias gadget kami bawa bersama dan dari situ kami menumpangi mobil yang dikirim oleh hotel. sebenarnya bukan mobil fourwheels drive tetapi drivernya sudah biasa menembus lebatnya Alas Purwo. sepanjang perjalanan menuju hotel, jalannya masih tanah dan berlumpur hebat mengingat musim hujan yang belum berakhir pada waktu itu. beberapa kali terlihat rusa menyeberang. ada beberapa titik terlihat laut di sisi kanan kami. beberapa diantaranya sebenarnya layak dikunjungi tetapi hari sudah gelap. pemandangan didepan dan disekitar kami benar benar seram. saya banyak banyak membaca doa dan memegang lengan anakku erat erat. kadang kadang anakku melihat sesuatu yang belum bisa dipahami. tetapi alhamdulillah ... kami semua selamat sampai di hotel beberapa saat setelah maghrib. menurut mereka, sebentar lagi makan malam akan siap. tetapi kami akan menunaikan sholat maghrib dulu, membersihkan diri dulu baru bergabung di meja makan. kecuali kami, sisa tamu hotel adalah para surfer yang kebanyakan datang dari Australia. tetapi perjalanan mereka berbeda dengan kami yang menempuh perjalanan darat terguncang guncang menembus rimba. mereka melalui laut dari salahsatu pantai di Bali dengan menggunakan speedboat sekitar 2  - 3 jam dari sana. kemudian langsung sampai didepan hotel. mereka menginap dengan sistem paket yaitu kamar, makan, dan antar jemput speedboat untuk kembali. bahkan hotel ini juga tidak buka sepanjang tahun. hanya pada musim ombak yang bagus untuk berselancar antara maret sampai november. karena jauh terpisah dengan peradaban, mereka benar benar mengontrol jumlah tamu dan jumlah logistik. logistik dikirim dari Banyuwangi pada waktu waktu tertentu saja. karena nyaris seluruh tamunya asing, mereka juga hanya menyediakan menu a la asing juga. dan dalam jumlah yang lebih besar dibanding hotel biasa. rupanya para surfer ini biasa makan berkali lipat porsi orang biasa. pantry didepan terbuka 24 jam untuk kopi, teh, atau milo. disediakan gelas gelas dan siapapun yang menginginkan, silakan membuat sendiri. petugas hotel akan berteriak memberitahu jika makanan telah siap. kemudian dengan sigap para tamu berbaris sambil membawa piring masing masing. hidangan disajikan bertahap. pembuka seperti sup. kemudian main course. dan terakhir disajikan buah buahan dan beberapa jenis kue. sengaja dibuat demikian, meja tidak dibuka terus menerus, sebab selain kami, buanyaaaak sekali monyet yang berkeliaran di sekitar kami. dimana mana dipasang pengumuman untuk tidak memberi makan dan untuk selalu menyimpan barang barang didalam kamar dan jangan lupa untuk selalu menutup jendela dan pintu kamar juga. sering terlihat tempat sampah ayng jungkir balik dan isinya diacak acak monyet. petugas hotel berusaha keras untuk mengusir monyet monyet ini tetapi mereka tidak takut. selalu kembali lagi. kadang kadang monyet ini menyetel televisi keras keras dilantai atas mengagetkan semua orang.   

 air disini jernih dan banyak tetapi rasanya asin. hihihi ga enak banget sikat gigi campur garam. dan rasanya sekuat apapun menggosok badan saat mandi, tetap terasa licin. karena kami memilih family room, kamarnya cukup luas dan ada dua jenis tempat tidur didalamnya. menurut saya siy kurang bersih lantainya tetapi memang keluar masuk tetap pakai sandal. bagaimanpun di sekitar kami kan pantai berpasir yang tidak mudah dibersihkan.

 pemandangan di pantai yang indah dan udara yang sejuk, enak sekali dinikmati sambil berguling guling di hammock ini. ada beberapa yang dipasang di tepi pantai. karena laut ini lebih cocok untuk berselancar, ombaknya besar dan berbahaya untuk berenang. saat seperti pagi itu, laut surut sehingga kami masih bisa bermain di tepinya. menjelang siang saat ombak tinggi itulah saatnya berselancar. kita bisa mengamati para peselancar dengan teropong dari menara pandang yang berjarak beberapa ratus meter dari hotel. kami bertemu dengan seorang photographer profesional disana. dengan lensanya yang panjang, bisa menangkap gambar dan aksi yang jelas para peselancar yang terlihat hanya seperti korek api dari tempat kami berdiri.

 ini adalah moda transportasi yang terlihat ada disana. tidak nyaman memang tetapi hanya ini yang mampu menembus perjalanan menuju pantai Plengkung ini. beberapa orang asing kadang mencoba untuk keluar hutan dengan menumpang ini. penduduk setempat menyebutnya dengan grandong. biasanya mereka juga membawa hasil panen atau kayu bakar dari hutan. grandong yang ini diparkir didepan hotel tetangga kami. mereka juga ada klinik tetapi kami tidak berpikir untuk bertanya apakah ada dokter atau mantri yang jaga disana. kalau melihat dari depan saja, kelihatannya petugas medis hanya datang kalau dipanggil saja.

 
 inilah sedikit pemandangan yang terlihat dari atas menara pandang di tepi pantai Plengkung. 


Pantai Plengkung[1], atau lebih dikenal dengan nama G-Land, adalah pantai yang terletak dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Plengkung dapat dicapai selama setengah hari perjalanan darat dari Bali. Pantai Plengkung juga bisa dicapai dengan boat sewaan dari Bali.[2]
Ekspedisi
Pada tahun 1972, sekelompok peselancar asal Amerika Serikat, mengadakan sebuah ekspedisi untuk menuju Plengkung. Ekspedisi ini diikuti oleh 8 kelompok surfer. Tiga di antaranya berangkat dengan boat sewaan sedangkan 5 kelompok lainnya menempuh jalur darat. Kelompok darat melakukan perjalanan hingga tiba di Desa Grajagan. Dari Grajagan mereka menempuh jarak 20 km lagi untuk tiba di Plengkung dengan cara menyusuri perairan pantai menggunakan papan selancar. Setelah melewatkan perjalanan yang keras dan kekurangan air bersih (air bersih mereka kumpulkan saat hujan dan air hujan tersebut menempel di layar boat), kelompok yang memakai boat sewaan mendarat langsung di Plengkung. Sesaat setelah tiba mereka mendirikan base camp untuk keperluan peninjauan tempat surfing. Mereka ada di Plengkung untuk 10 hari.
Surf Camp
Seorang peselancar bernama Mike Boyum kemudian membantu mendirikan sebuah surf camp pertama di Plengkung. Surf Camp ini akhirnya diambil alih oleh seorang peselancar asal Bali bernama Bobby Radiasa di akhir dekade '70-an hingga kini.[3] Terinspirasi dari kamp selancar milik Boyum/Bobby, Surf camp lainnya mulai dibuka di Plengkung.[4] Mereka antara lain adalah G-Land Bobby's Surf Camp yang menawarkan akomodasi dan fasilitas lengkap dengan tarif yang relatif terjangkau. Selain itu ada Joyo's Surf Camp dan G-Land Surf Camp. [5]

Pantai Plengkung berlokasi di bagian tenggara Pulau Jawa, berada dalam gugusan pantai selatan Jawa yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga Pantai Plengkung termasuk pantai berombak besar. Ombak besar ini dihasilkan oleh sistem bertekanan rendah yang berasal dari selatan (Antartika). Pantai Plengkung juga terletak di sisi timur Teluk Grajagan, maka dari itu sisi kanan Pantai Plengkung memiliki ombak lebih dominan. Ombak Panjang Plengkung berbentuk memanjang, tinggi, dan berkecepatan tinggi. Ombak Pantai Plengkung juga membentuk tabung ombak hampir sempurna sehingga menjadi favorit para penggila olahraga surfing.
Angin lepas pantai yang berhembus di Plengkung terjadi antara bulan April dan September. Hal ini menyebabkan ombak paling besar terjadi pada bulan-bulan ini. Pada waktu-waktu tersebut ombak datang bertahap, masing-masing berlangsung selama beberapa hari, dengan rentang beberapa hari di antara setiap ombak. Gelombang cenderung lebih besar dan lebih baik pada saat pasang, jadi waktu yang terbaik untuk merencanakan perjalanan surfing adalah seminggu setelah masa bulan purnama atau bulan baru, karena pada waktu-waktu ini gelombang tinggi terjadi selama setengah hari.

Pada tahun 1994 gelombang tsunami melanda sebagian kawasan pantai selatan Jawa Timur. Tsunami tersebut terjadi diakibatkan oleh gempa tektonik berukuran 7,2 Skala Richter terjadi di Palung Jawa yang terjadi sebelumnya. Pantai Plengkung juga tidak luput dari gelombang tsunami tersebut . Empat puluh menit setelah gempa gelombang melanda sebuah surf camp.[6] Tinggi tsunami yang melanda Plengkung diperkirakan setinggi 5,6 meter. Tidak ada korban jiwa seperti di pantai-pantai lain yang berada segaris dengan Plengkung. Misalnya desa-desa pantai seperti Rajegwesi, Pancer dan Lampon yang hampir sepenuhnya diratakan oleh tsunami dan tercatat 223 korban tewas di sana. [7] Seorang surfer bernama John Philbin berada di Plengkung pada malam terjadinya tsunami. Dia menggambarkan tsunami tersebut sebagai ombak yang sangat besar. "Saat gemuruh makin keras, saya masih duduk di dalam kamar saya, dan tiba-tiba air datang menghantam gubukku." Surfer lain bernama Richie Lovett menggambarkan pengalaman itu seperti "ditabrak kereta api dengan kecepatan penuh". Seorang lainnya bernama Richard Marsh awalnya mengira harimau telah menyerang mereka, tapi kemudian ia menyadari itu adalah gelombang besar. Marsh dan Lovett tersapu ratusan meter ke dalam hutan oleh gelombang. "Aku benar-benar panik. Aku hanya berusaha menggapai sesuatu yang terapung untuk bertahan hidup dan menghindari puing-puing jatuh di kepala saya serta berusaha untuk bisa bernapas." Lovett akhirnya harus kembali ke Australia untuk perawatan medis. "Pondok telah menghilang dan aku terjebak oleh kayu dan potongan bambu. Ketika air mulai mereda. Aku terjebak dan kakiku terjepit tumpukan kayu dan sampah." Para peselancar lainnya juga mengunjungi G-Land saat tsunami terjadi seperti Monty Webber, Gerald Saunders, Rob Bain, Shanne Herring, Simon Law, dan Kevin Komick. Fotografer selancar asal Australia Peter Boskovic, alias "Bosco" juga berada di G-land selama tsunami. [8]


No comments:

Post a Comment