if only you are not an indonesian ...

Tuesday, May 20, 2014

negeri diatas awan mei 2014

matahari yang terbit hari itu bersinar cerah dan menghapus titik titik embun yang jatuh di daun daun kubis atau daun cabe. semua tanaman disana terlihat subur dan sangat menjanjikan kesegaran. dimana mana terdengar suara gemericik air. indah sekali suasana didaerah wonosobo ini. saya menginap di homestay yang terletak beberapa ratus meter masuk dari jalan raya wonosobo - dieng. tempatnya cukup bersih, pemiliknya ramah, dan makanan rumahan yang disajikan membuat saya merasa sepenuhnya dirumah. apalagi setelah menempuh perjalanan darat 6 jam dari rumah.
kami berangkat sekitar jam 1 siang kemudian berhenti sholat ashar dan makan siang terlambat di magelang. lanjut lagi perjalanan yang terasa makin menanjak dan udara makin sejuk, lalu lintas makin lengang, pemandangan diluar lebih terbuka. begitu sampai dipusat kota wonosobo, di alun alun, sholat maghrib dulu di masjid jami' wonosobo. dan kami memutuskan untuk langsung check in dulu baru memikirkan akan makan malam dimana.





 ini tampak depan homestay ortega. sekamar ada 2 tempat tidur cukup besar untuk menampung kami, 4 dewasa dan 1 anak. mungkin karena udara dingin, kami tidak keberatan bersesak sesak di satu ruang :D

Lokasi Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Negara Indonesia
Koordinat 7°12′18″LS 109°54′25″BTKoordinat: 7°12′18″LS 109°54′25″BT
Penyelesaian 809
Jenis Candi Jawa Tengahan
ini pemandangan yang terlihat dari ketinggian 1789 meter diatas permukaan laut. angin cukup kencang, langit yang biru jernih, dikejauhan terlihat petak petak kebun sayuran dan sekali lagi, awan yang berarak dibawah kakiku. berhenti disini setelah menjelajah kompleks candi arjuna, melihat kawah sikidang, melihat tekaga warna dan telaga pengilon, kemudian makan siang sembari menunggu yang sholat jumat, di masjid raya dieng.

Dieng Plateau is a marshy plateau that forms the floor of a caldera complex on the Dieng Volcanic Complex near Wonosobo, Central Java, Indonesia.[1] Referred to as "Dieng" by Indonesians, it sits at 2,000 metres (6,600 ft) above sea level, far from major population centres. The name "Dieng" comes from Di Hyang which means "Abode of the Gods".[2]
Part of General Sudirman's guerilla campaign during the Indonesian War of Independence took place in the area.

The Plateau is the location eight small Hindu temples. It is unclear when they were built, estimated to range from mid 7th century to end of 8th century AD; they are the oldest known standing stone structures in Java.[3][4] They are originally thought to have numbered 400 but only eight remain. The temples are now believed to have been named after the heroes of the Hindu epic Mahabharata.[5]
Michell claims Dieng's misty location almost 2,093 m above sea level, its poisonous effusions and sulphur-coloured lakes make it a particularly auspicious place for religious tribute. The temples are small shrines built as monuments to the god-ancestors and dedicated to Shiva.[6] The Hindu shrines are miniature cosmic mountains based on plans in Indian religious texts, although Schoppert suggest the design motifs have little connection to India.[7] In 2011, in a review published by Romain,[3] the temple is now believed to be related to Dravida and Pallava style temples of South India. The theory that poisonous effusions make it auspicious is now disputed as volcanic activity in this area from 7th to 9th century is yet to established, and records suggest the temple was abandoned after volcanic eruptions became common in central Java.

 selain kawah kawah, di wonosobo dan banjarnegara yang berbatasan, banyak sekali aiiiirrrrrr yang mengalir jernih dan deras. ada yang menjadi sumber pembangkit listrik juga. meskipun begitu saya tidak ingin berenang disalahsatunya mengingat suhu udara yang cukup dingin bbrrr ...
 rumah mungil ini terlihat cantik, asri dan unik dengan air mengalir tepat diterasnya. kuharap tidak ada balita disekitarnya. tentu berbahaya kalau tanpa pengawasan. karena banyak air, banyak juga penduduk yang memiliki kolam ikan. kutanya pemilik homestay, umumnya mereka hanya memelihara untuk dikonsumsi sendiri terutama pada hari raya tertentu.
ini ada masjid kecil dengan kolam juga. disekitar homestay banyak sekali anak anak atau remaja yang berpakaian islami. ternyata memang di wonosobo, tidak jauh dari kampung ini, selain banyak pesantren, ada juga universitas yang khusus mempelajari al Quran. jadi teringat sebagian masa kecilku di kaki gunung kelud yang memiliki situasi yang serupa.
ini adalah pemandangan di telaga warna, tidak jauh dari kompleks candi arjuna. tiket masuknya pun bisa dibeli terusan yang mencakup kompleks candi arjuna, telaga, kawah sikidang, museum kailasa, dan dieng plateu teater. karena waktu terbatas, kami hanya mengunjungi 3 diantaranya saja. disebelah telaga warna ini ada telaga pengilon. tetapi kami terlalu malas untuk naik ke bukit batu pandang untuk mendapatkan pemandangan kedua telaga sekaligus dari ketinggian. dari foto foto di internet siy sangat cantik dan magis ...
ini adalah telaga menjer dilihat dari sisi jalan. kami sampai disini menjelang maghrib. lebih terasa magisnya dibanding indahnya. karena terlalu lelah menjelajah pada pagi harinya, diputuskan untuk istirahat dulu di homestay lalu sampai telaga menjer sudah tutup. untuk mencapai telaga menjer ini, perjalanannya sama ke arah dieng, tetapi sekitar pasar belok ke kiri dan perjalanan meliuk liuk tetapi kondisi jalan bagus. diiringi pipa pipa air segerbong kereta yang turun menggerakkan turbin dan selanjutnya menjadi penggerak menghasilkan listrik.

No comments:

Post a Comment