if only you are not an indonesian ...

Sunday, January 10, 2016

BORDER CROSSING Desember 2015 : MELAKA, world heritage city

susah payah membuka mata untuk bangun shubuh. akhirnya setelah shubuh pun, minum air putih, lalu masuk selimut lagi. oh ya. satu hal yang penting lagi untuk memilih kamar hotel adalah jendela. saya sudah waswas, jangan jangan fomecs hotel ini g pake jendela. sebab hotel kecil. peak season di melaka agak sulit mencari hotel yang sesuai selera dan ramah di kantong. naksir banget sama jonker boutique hotel. yang jebulnya berada persis didepan fomecs ini. nah, alhamdulillah, meski jendelanya mungil, ya tetap ada jendela di kamar kami. waktu pagi pagi dibuka, terasa masuk udara segar, bukan AC. terasa agak lain udaranya sebelum menyadari kalau melaka berada di pinggir laut dan memiliki sungai besar membelah kotanya.
peta ini memudahkan kita untuk berkeliling melaka. menyesuaikan dengan tenaga dan waktu yang dimiliki. peta ini ada di taman jonker yang berada ditengah tengah jonker walk. disitu juga ada makam hang kasturi. sebenarnya terawat baik. tetapi tanpa pengetahuan sejarah melaka yang memadai, menjadi tidak terlalu menarik. 

 lihat sungainya. bersih nyaris jernih tanpa sampah mengapung dan lingkungan sekitar sungai yang tertata rapi. sungai melaka ini memiliki panjang 6 kilometer. jika kelak ada kesempatan, saya ingin jalan pagi menyusuri sepanjang sungai melaka ini. benar benar pagi sesaat setelah fajar. kami berjalan menyusuri sebagian sungai tetapi siang bolong. sebab setelah malam sebelumnya baru tidur jam 01.00, rasanya ingin tidur seharian di kamar hotel yang nyaman. tetapi sayang sekali kan. jadi meski harus menyeret nyeret badan, didorong rasa lapar, kami semua bersiap jalan jalan melihat melaka.
 river cruise ini ada dalam itinerary yang dibuat dirumah. dan setiap kali boat ini melintas didekat kami, rasanya ingin ikut juga. tetapi akhirnya kami mengunjungi museum maritim nyaris diujung sungai. didepan pasar, yang dibagian atas, lantai 2 nya ada food court. 


Malacca City (Malaysian pronunciation: [ˈbanˈdar ˈməˈlaˈka] Jawi: بندر ملاکChinese: 马六甲市; pinyin: ma liu jia shi Tamil: மலாக்கா மாநகரம்), formerly known as Kota Melaka, is the capital city of the Malaysian state of Malacca. It had a population of 484,885 as of 2010.[3] It is one of the Malaysian oldest cities in the Straits of Malacca with the other being Alor Setar and George Town, having become a successful entrepôt during the era of the Malacca Sultanate. The present-day city was founded by Parameswara, a Sumatran prince who had escaped to the Malay Peninsula when Srivijaya fell to the Majapahit. Following the establishment of the Malacca Sultanate, it drew the attention of traders from the Middle East, South Asia and East Asia, as well as the Portuguese, who intended to dominate the trade route in Asia. After Malacca was conquered by Portugal, it became an area of conflict when the sultanates of Aceh and Johor began to attempt to take control from the Portuguese.
Aceh weakened following a number of wars between these territories, while Johor survived and expanded its influence over territory previously lost to Aceh in Sumatra when they co-operated with the Dutch who arrived to establish dominance over Java and Maluku Islands. However, due to royal internal strife between the Malay and Bugis, the Johor-Riau Empire was divided into the sultanates of Johor and Riau-Lingga. This separation became a permanent divide when the British arrived to establish their presence in the Malay Peninsula. The Dutch, who already felt threatened in the presence of the British, began conquering the Riau-Lingga Sultanate along with the rest of Sumatra, while Johor came under the British influence following the signing of the Anglo-Dutch Treaty of 1824.
When the British managed to extend their influence over the Malay Peninsula, the town soon became an area of development under the Straits Settlements as part of the British Empire. The development and prosperity was however halted when the Japanese arrived as part of World War II from 1942 to 1945. During the occupation, many of the town's residents were taken and forced to construct the Death Railway in Burma (present-day Myanmar). After the war, the town was returned to the British and remained as the capital of Malacca. This was continued until the formation of Malaysia in 1963, and in 2008, it was listed as one of Malaysian UNESCO World Heritage Site together with George Town of Penang for its long history.[4]
https://en.wikipedia.org/wiki/Malacca_City
 
 ada kincir aaiiiiirrr ... 
ada lagi link bagus kalau mau membaca sejarah melaka 
 ini adalah foto dari tengah tengah keramaian melaka. penduduk lokal menyebutnya rumah merah. sebenarnya ada beberapa bangunan tetapi nyaris semuanya berwarna merah. di pojok kiri di foto ada kincir angin. dan didekatnya ada es cendol jam besar. antrian membeli cendol ini panjaaaaang. apalagi siang siang yang panas seperti saat itu.
 
makan makan di melaka 
 
karena berdasarkan sejarah berdirinya melaka, dari seorang pangeran dari sumatera, meskipun banyak pengaruh dari negara negara lain yang mewarnai sejarah melaka seperti portugis dan india, makanan di melaka nyaris sama dengan makanan di indonesia, di jawa umumnya. kami akhirnya sarapan nasi lemak yang mirip nasi uduk, dengan lauk gorengan yang juga cocok dengan lidah kita. selain menjual nasi lemak, kedai kecil itu juga menjual beberapa makanan kecil tradisional yang sama banget di jawa, umumnya. seperti dadar gulung, donat klasik bertabur gula, pisang goreng, kue lapis, klepon, dan lain lain. beberapa diantaranya saya mencoba dan memang sama rasanya. yang berbeda adalah harga kelapa muda yang sangat mahal :(
lihat nasi kucing versi melaka :D isinya nasi gurih atau nasi lemak atau nasi uduk, ada potongan timun, sambal matang, dan telur dadar. harganya myr 1,5 saja. untuk saya sudah kenyang. apalagi saya masih makan cemilan. untuk si papa perlu 2 bungkus :D
chestnut ini lumayan mahal. untuk sekantong kertas kecil harganya myr 12. rasanya enak. sayangnya g bisa dibawa pulang untuk oleh oleh akung dan uti. beliau berdua sering mendapat oleh oleh dari teman dan kerabat yang pergi keluar negeri. biasanya berupa suvenir atau cokelat. tidak begitu menarik sebab semuanya serupa. tetapi chestnut panggang atau gooseberry menarik hati beliau untuk mencicipnya. 
 pagi kedua, si papa pergi beli sarapan sendiri sebab anakku kayanya kelenger. tidak mau bangun dari tempat tidur. menatap tayangan film di televisi. film yang diputar memang bagus bagus. sebab memang musim liburan anak anak. dan siang nanti kami sudah akan check out melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya.
 ini nasi lemak yang menjadi sarapan kami pagi itu. isinya berbeda dengan yang dibeli didekat jam besar. kali ini isinya nasi lemak, tumisan kangkung, telur rebus, dan kering teri kacang. 
 ada cara makan semangka yang menarik di melaka ini. jadi buah semangka utuh dicuci bersih dan dikeringkan. kemudian dibagian atas dilubangi dengan diameter sekitar 4cm. kemudian dikocok dengan handblender. setelah semua daging merahnya menjadi air seperti jus, diberi sedotan. caranya minum ya dengan sedotan. ukuran semangka lebih kecil dibanding semangka yang dijual di supermarket. tipe makanan begini yang sangat menarik buat saya. 
sebelum pulang, kami jalan jalan sedikit. membeli durian puff, alias sus isi krim durian di toko taste better. harganya tidak murah tidak mahal. tapi kulit sus nya enak. ringan mengambang dan tetap berbentuk. rasanya saya belum pernah nemu resep sus yang hasil akhirnya seperti itu.
inilah cara paling baik kedua selain jalan kaki menyusuri kota tua melaka yang cantik. no wonder ditetapkan sebagai world heritage city yah. ada berbagai paduan budaya di kota ini. yang semuanya terpelihara dengan baik. baik secara fisik bangunan maupun hubungan antar manusianya. sewa sepeda ini bertarif antara myr 5 - myr 10 per 12 jam. tergantung dimana menyewanya dan keadaan sepedanya.
 
 pie pie ini sangat menarik. mini. toppingnya kebanyakan buah buah segar. warna warni segar. tetapi sebenarnya, menurut saya, kulit pienya kurang renyah. cenderung keras.
 ini durian puff yang sangat terkenal. toko mereka buka sejak jam 07 00 pagi dan sejak mereka buka, pembeli tidak berhenti mengalir. tokonya masih seperti toko toko yang dimiliki orang keturunan tionghoa, di pasar gedhe solo, misalnya. sepagi itu bau wangi roti dan kue dipanggang sudah semerbak ke seluruh toko. 
saya perhatikan sejak tiba di johor bahru, banyak sekali olahan durian di kota kota malaysia ini. di johor bahru saya beli pie durian. di melaka ada durian puff. nanti di kuala lumpur juga banyak sekali toko toko kue yang menjual makanan berbahan durian. 
apa masalahnya dengan durian di indonesia? tidak bisakah kita menjual durian versi kita sendiri? 
 

No comments:

Post a Comment